Sang gadis lebih memilih meninggalkan hingar bingar kota yang selama ini mengelilinginya.
Hingar bingar dan gemeerlap kota memang memberi kesenangan tetapi itu semu semuanya. Jika malam menjelang maka ia akan pergi ke kelab malam atau kafe yang senantiasa senang menerimanya karena banyak uang yang akan dihamburkannya. Lalu pagi buta ia akaan pulang dan tidur sampai malam berikutnya.Â
lama-lama sang gadis merasa hidupnya hampa. Ia tak mendapat apa-apa.
Lalu diputuskannya pulang saja ke desa. Desa yang kehidupannya sederhana. Ia lalu menikmati malam-malam sunyi yang lebih menentramkan hatinya. Bagai di Kota kecil Betlehem yang ada di lagu malam kudus yang sering didengarnya. Kebetulan saat kepulangannya adalah menjelang hari Natal yang harapannya membawa kedamaian bagi dunia dan tentu bagi dirinya.
Maka desa tempat asalnya kini menjadi Betlehem bagi kedamaian hati dan jiwa sang gadis yang lamaa diidamkannya. Ia telah meneysali semua masa lalunya dan harapannya bayi mungil yang nanti lahir di dunia akan menghapus segala kesalahan dan dosanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H