Sang gadis sampai saat ini masih tenang dan bersabar menghadapi penderitaannya.
Ia bisa seperti itu karena belajar dari alam sekitarnya.
Ia belajar dari kerang mutiara. Jika kerang mutiara tak rela dimasuki kerikil dan nyeri sepanjang hidupnya yang coba ia hilangkan dengan lendir dari tubuhnya, maka tak akan terbentuk mutiara yang indahnya tiada tara.
Pun pula ia belajar dari bunga Bougenvile di pelataran rumahnya. Jika  tak disengat panas matahari yang membara tentu tak akan mekar bunga yang sedap dipandang mata.
Atau lihatlah pohon Trembesi yang ada di pinggir-pinggir jalan raya. Jika ia tak rela menyerap karbondioksida dari asap pabrik dan kendaraan maka ia tak bisa tumbuh rindang tuk memberi kesejukan bagi manusia.
Sang gadis rela menanggung semua derita, entah karena kecewa pada sesama, putus cinta, pekerjaan, Â ataupun yang lainnya. Alasannya karena ia belajar dari alam sekitarnya bahwa penderitaan mungkin cara Tuhan membentuknya menjadi manusia yang kian dewasa dan ada rencana yang lebih indah dari Tuhan pada akhirnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H