sang lelaki masuklah sinar mentari. Cerah sekali.
Ayam berkokok keras sekali. Dari jendela kamarTetapi lelaki itu memaki pagi dan sang mentari. Ia sedang menikmati mimpi dan tak ingin mengakhiri. Sebab hanya lewat mimpi hidupnya yang sendiri dan sepi bisa penuh warna-warni. Dalam impi ia bisa melihat masa depan bersama sang gadis yang dicintai. Merasakan hadirnya buah-buah hati yang belari-lari dengan suka hati. Dan kini mimpi indah itu harus berhenti dengan hadirnya sang matahari.
Sang lelaki ingin tidur dan bermimpi lagi. Tetapi perut yang lapar dan belum terisi memaksanya harus pergi. Menyusuri jalan-jalan dengan membawa gitar tuanya dan menjual suaranya untuk mendapatkan sedikit rejeki. Tak apa, Â ini realita yang harus dijalani , pikir sang lelaki. Toh nanti malam ia masih bisa bermimpi lagi, katanya lagi di dalam hati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H