Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sang Lelaki yang Menolak Pagi

22 November 2021   11:25 Diperbarui: 22 November 2021   11:51 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

Ayam berkokok keras sekali. Dari jendela kamar sang lelaki masuklah sinar mentari. Cerah sekali.

Tetapi lelaki itu memaki pagi dan sang mentari. Ia sedang menikmati mimpi dan tak ingin mengakhiri. Sebab hanya lewat mimpi hidupnya yang sendiri dan sepi bisa penuh warna-warni. Dalam impi ia bisa melihat masa depan bersama sang gadis yang dicintai. Merasakan hadirnya buah-buah hati yang belari-lari dengan suka hati. Dan kini mimpi indah itu harus berhenti dengan hadirnya sang matahari.

Sang lelaki ingin tidur dan bermimpi lagi. Tetapi perut yang lapar dan belum terisi memaksanya harus pergi. Menyusuri jalan-jalan dengan membawa gitar tuanya dan menjual suaranya untuk mendapatkan sedikit rejeki. Tak apa,  ini realita yang harus dijalani , pikir sang lelaki. Toh nanti malam ia masih bisa bermimpi lagi, katanya lagi di dalam hati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun