Sang  gadis merenungkan nasibnya yang bagai senja.
Senja hanyalah penghantar saja. Senja menghantar matahari yang pergi memalingkan muka. Juga mengantarkan rembulan yang datang menggantikan berjaga.
Gadis itu hanya datang di kehidupan sang lelaki sebentar saja. Ia datang pada saat jeda. Ketika kekasih pertama sang lelaki meinggal dunia dan sebelum kekasih terakhir lelaki datang serta jadi pasangan abadi selamanya.
Sebagai pengisi jeda yang bagaikan senja, sang gadis tampaknya menerima perannya. Ia tak sakit hati dan juga tak ingin meninggalkan luka. Hanya saja ia tetap berharap suatu saat nanti ada peran yang lebih pasti baginya. Entah sebagai matahari, atau sebagai bulan tetapi bukan sebagai senja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H