Sang lelaki sedang menimbang waktu, antara masa lalu, masa kini, dan masa depan nanti.
Terhadap masa lalu, sang lelaki menyadari bahwa masa lalu tak bisa kembali. Kecewa terhadap masa lalu tak akan mengubah masa depan dan masa kini. Larut dalam penyesalan justru akan membuatnya secara perlahan mati.
Maka sang lelaki memutuskan untuk hidup di masa kini. Dihiasinya dengan kesibukan yang bermanfaat untuk sesama dan diri. Ditegakkannya diri dan dilangkahkannya kaki dengan pasti. Rasa cemas akan kesalahan masa lalu dilupakannya secara perlahan dengan determinasi tinggi.
Terhadap masa depan yang tak pasti dicoba dijadikan pasti dengan rencana-renaca di masa kini. Namun tak lupa ia lalu berserah diri teradap kuasa dan kemauan Ilahi. Ia yakin Tuhan tak pernah meninggalkannya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H