Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kembali ke yang Alami

21 September 2021   20:37 Diperbarui: 21 September 2021   20:44 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak tahu mengapa ini terjadi. Mungkin memang manusia harus menjalani dulu baru menyadari.

Dulu pertanian alami atau organik dianggap tak mengikuti modernisasi. Lalu pertanianpun direvolusi. Semua harus modern dan dilakukan mekanisasi. Pupuk harus hasil pabrikasi. Alat panen padi memakai mesin yang produktivitasnya sekian kali dari ani-ani. Pemberantas hama juga dari bahan kimiawi.

Tapi apa yang terjadi? Hasil pertanian memang berlipat kali pada awal-awal pertanian direvolusi. Tapi setelah itu terjadi masalah terjadi di sana-sini. Tanah menjadi miskin hara karena pupuk yang tak alami. Pestisida tuk berantas hama membuat kesehatan manusia tak baik rohani dan jasmani.

Kini siklus berbalik kembali. Pertanian alami dan organik dianjurkan kembali. Hasil-hasil pertanian alami dan organik malah jadi produk elit dan mahal dan diekspor juga ke luar negeri. Alam kembali akan lestari dan petani pendapatannya bisa naik sekian kali.

Tapi tak apalah itu terjadi. Memang manusia harus mengalami tragedi baru kembali ke hukum-hukum alami. Hukum alami yang sebenarnya memang sudah tertata karena ia sesungguhnya adalah ciptaan Illahi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun