Pasir di pantai itu menggugah nurani sang lelaki dan membangunkan memori.
Butiran pasir yang dihampiri dan diterjang ombak sejatinya telah menjadi saksi. Saksi dari banyak peristiwa suka dan duka hidup sang lelaki.
Ya. Sewaktu kecil ia sering membuat tulisan dan lukisan lucu serta membangun istana dari pasir setiap kali. Lalu ombak menyapunya bersih sekali. Lalu ia mengulanginya dari awal lagi. Tidak ada penyesalan dan sakit hati, hanya rasa riang berseri
Ketika remaja, berdua dengan kekasihnya sang lelaki juga sering duduk di atas pasir di pantai itu sambil menuliskan rencana masa depan dan janji-janji. Ombak juga telah menghapusnya tetapi  mereka telah menanamnya dalam hati.
Kini masa kecil dan masa remaja dengan kekasih hati memang tinggal kenangan yang indah di sanubari. Jejaknya di pasir pantai itu juga tak ada lagi. Namun sang lelaki tetap bersyukur ke hadirat Ilahi bahwa ia pernah mengalami. Ia juga mengerti bahwa tak ada yang abadi di dunia ini, seperti lukisan, tulisan, dan bahkan istana yang dibangun di atas pasir yang sesaat indah tetapi sesaat hilang sama sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H