Tengah merenungi dirinya, lelaki tua itu melihat pohon mangga yang berbuah lebat di pinggir jalan di dekat rumahnya
Pohon itu sebenarnya sudah tua. Batangnya sudah banyak luka dan tak indah dipandang mata. Lalu ada segerombolan anak-anak yang melemparinya dengan batu untuk mendapat buahnya. Buah-buahnya akhirnya memang jatuh dan anak-anak itu memungutnya dengan gembira. Herannya meski kerap dilempari batu untuk memetik buahnya, pohon mangga itu tak terpengaruh dan membalas lemparan batu itu dengan memunculkan lebat buahnya.
Tersadarlah lelaki itu untuk seperti pohon mangga di tepi jalan yang dipandangnya. Sama mungkin ia sudah tua dan buruk rupa sehingga tak seorang wanitapun tertarik kepadanya, makanya sampai kini ia sendiri saja. Tapi ia masih bisa berbuat baik dengan menyumbangkan uang pensiunannya bagi panti asuhan di seberang tempat tinggalnya. Ia juga tak sungkan memberi bantuan jika ada yang memerlukannya.
Atas perbuatan baiknya ia kerap mendengar kata dan komentar tak enak di telinganya. Tapi ia tetap meneruskan perbuatan baiknya.
Rupa-rupanya ada persamaan antara lelaki tua itu dan pohon mangga di tepi jalan yang dipandangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H