Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengatasi Kecemasan

8 Juli 2021   22:08 Diperbarui: 9 Juli 2021   11:47 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: id.depositphotos.com

Cemas atas segala sesuatu, itu manusiawi sekali. Lebih-lebih di tengah pandemi seperti ini.

Berita tentang kematian dan sakit dari para tetangga, teman, dan saudara datang bertubi-tubi tanpa henti.

Belum lagi bagi yang terkena PHK harus berpikir bagaimana harus makan esok hari.

Yang sudah punya usaha, lebih-lebih yang kecil-kecilan, juga sama sulitnya karena jam buka dibatasi atau harus tutup sama sekali karena menghadapi PPKM darurat kini.

Guru dan dosen juga tak kalah cemas dan sulit  karena harus mengajar daring menggunakan teknologi informasi yang tak sepenuhnya bisa dikuasai. Bagi siswa dan mahasiswa kesusahan tak kalah ngeri karena materi juga tak seutuhnya bisa dimengerti serta memikirkan paket data untuk pelajaran yang harus diikuti.

Lalu bagaimana mengatasi segala kecemasan ini?

Petama, jangan terlalu berpikir jauh sekali. Kesusahan dan masalah hari ini cukuplah untuk hari ini.

Kedua, percaya bahwa Tuhan tidak memberikan beban atau cobaan melebihi kemampuan manusia untuk mengatasi.

Ketiga, Tuhan tak akan membiarkan manusia ciptaannya mengatasi masalahnya sendiri. Asal percaya Tuhan pasti akan mengirimkan pertolongannya ke bumi. Ingat burung-burung di udara tak menanam tetapi diberi makan oleh yang Ilahi. Atau bunga-bunga tak pernah mewarnai kelopaknya tetapi diberi pakaian yang indahnya melebihi jubah Raja Sulaiman yang punya kekayaan berpeti-peti.

Keempat, tentu doa harus terus dipajatkan ke hadirat yang Ilahi untuk ketentraman Hati.

Kelima, jangan cemas berlebihan yang nantinya akan menciptakan halusinasi dan ilusi yang bisa saja meewujud akhirnya menjadi realiti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun