Disiapkannya sebuah buku dan alat tulis, satu pak rokok, dan secangkir kopi.
Tapi entah mengapa sudah berapa lembar buku itu ditulisinya, kemudian disobek dan dibuangnya, tetapi puisi itu tak kunjung jadi. Mungkin karena demikian dalamnya kesedihan hati.
Juga rokok yang diisap sang lelaki sudah hampir habis ketika menjelang pagi.
Kini jadi pertanyaan siapa yang lebih cepat membunuh: rokok atau rasa sedih yang demikian menghujam di hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!