Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malioboro Dulu dan Kini

3 Juni 2021   12:18 Diperbarui: 3 Juni 2021   12:22 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malioboro dulu adalah penanda Kota Yogya yang membawa kedamaian dan kesejukan.

Ada pengamen jalanan yang menyanyikan lagu-lagu cinta nostalgia dan menerima bayaran seikhlasnya.

Juga para pedagang kaki lima yang aneka rupa. Ada berbagai produk kerajinan tradisional dan warung-warng makan yang menjual masakan tradisional yang murah meriah.

Pun pula ada andong atau kereta kuda yang siap menghantar berwisata ke mana suka.

Lalu kawasan itu ditata. Makin cantik indah mempesona.

Tapi akhir-akhir ini citra itu sedikit ternoda. Ada beberapa wisatawan yang dipaksa membayar harga makanan yanag mahal luar biasa. Tak tahu juga apa sebabnya. Apakah para penjual itu sudah berubah budaya yogyanya? Ataukah mereka memnfaatkan predikat wisatawan yang identik dengan yang berpunya? Atau mungkinkah mereka bukan orang Yogya?

Yang penting pemerintah Kota Yogya perlu menertibkannya. Agar citra Malioboro khususnya dan Yogya umumnya tak ternoda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun