Anak laki-laki itu masih mengenang merayakan paskah bersama teman-teman sebelum pandemi.
Ada nyanyi riang, ada sorak girang, dan makanan ringan.
Yang tak terlupakan pula adalah mencari telur paskah di semak-semak di kebun gereja. Kadang juga telur itu langsung dibagikan.
Kini tak ada lagi telur paskah itu. Paskah kali inipun ia tak bisa ke gereja karena pendemi dan anak seusianya rawan tertulari.
Lalu dalam kesendirian mengikuti misa di depan televisi, ia berdoa: semoga tanpa telur paskahpun Tuhan yang bangkit tetap menyertainya dalam kesulitan yang sangat karena apapun harus lewat daring. Tapi ia bersyukur karena doanya bisa diterima langsung oleh Tuhan yang dikasihinya tanpa lewat daring.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!