Gadis kecil itu ditinggalkan ayah ibunya ketika masih kecil. Ayah ibunya merantau entah ke mana, sang gadis tidak tahu. Alasan kedua orangtuanya ingin mencari rejeki.
Sang gadis kecil waktu itu merengek dan menangis. Tapi ia diam ketika dibelikan boneka oleh neneknya.
Hanya berjalan beberapa minggu boneka itu rusak. Dan Sang gadis kecil kembali merengek dan menangis dan menanyakan kapan orangtuanya pulang. Sang nenek kebingungan karena tak punya cukup uang untuk membelikan boneka baru. Sang nenek terpaksa dengan hati pilu mendengarkan rengekan sang gadis dan berbohong setiap kali bahwa minggu depan ayah ibunya akan pulang. Tapi tak pernah sekalipun ayah dan ibunya pulang.
Lalu kesedihan lain menimpa. Sang nenek meninggal dunia. Kini tak ada lagi tempat berkeluh kesah dan yang menghiburnya.
Waktu berjalan dengan cepat. Sang gadis beranjak dewasa. Ada seorang pemuda mau melamarnya. Tapi ia minta waktu.
Lalu ditulisnya surat kepada ayah dan ibunya: "ayah dan ibu pulanglah. Aku ingin ayah dan ibu datang untuk saya mintai restu di hari pernikahanku. Saya rindu ayah dan ibu".
Ketika selesai ditulisnya surat itu, ia kebingungan hendak dikirim ke mana surat itu. Lalu ia kembali menangis, persis sama ketika dulu ayah dan ibunya meninggalkannya.
Akhirnya surat dan boneka yang telah rusak itu dikuburnya bersama di halaman belakang rumahnya. Â Ia belum memutuskan juga akan mengubur masa lalu ataukah justru masa depannya bersama surat dan boneka itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H