Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nasib Petani Salak Pondoh

21 Maret 2021   22:35 Diperbarui: 21 Maret 2021   23:27 1179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salak Pondoh (sumber gambar: book primera.com)

Menengok desa kelahiran di Turi Yogyakarta. Berbincang sejenak dengan saudara dan beberapa petani di sana.

Kini sawah di sana tak banyak lagi ditanami padi. Dulu, mungkin juga sekarang, menanam padi itu rugi. Lalu tibalah masa keemasan  buah salak. Para petani itu beralih menanam salak. Salak pondoh namanya. Rasanya manis, semanis harganya waktu itu.

Tapi itu dulu.  Kini harga salak pondoh jatuh menjadi tak seberapa. Hanya Rp 3.000 per kilogramnya. Para Petani itu kembali mengeluh dan mengelus dada

Mungkin memang seperti itu nasib para petani apapun di Indonesia. Harga komoditas pertanian seringkali tinggi tetapi yang menikmati untung adalah para pedagang. Pedagang punya modal besar, bisa menetapkan jalur distribusi dan bisa permainkan harga.

Petani terpaksa mau dengan mekanisme distribusi dan harga yang ditetapkan sang pedagang pemilik modal besar.

Sampai kapankah nasib petani Indonesia seperti ini? Pertanyaan itu tak terjawab karena udara pedesaan yang dingin memaksa saya masuk ke gubug sederhana saudara dan menarik selimut serta terbawa mimpi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun