Setelah menjalani 365 hari, berhentilah lelaki dan sang puteri.
Tanya sang puteri pada lelaki: Ayah, Â inikah negeri kita yang katanya indah bestari menurut sang penulis puisi? Lalu lanjutnya bertanya: ini ada wilayah serupa negeri yang selalu banjir mengaliri. Apakah ini negeri Belanda atau Venesia? Ketika kembali berjalan, bertanyalah kembali sang puteri: apakah ini wilayah negeri padang pasir kok panas dan bagai gurun yang ngeri?
Jawab sang lelaki: bukan puteriku. Semua ini adalah bagian dari negeri kita. Dulu semua wilayah itu juga indah bestari. Bagai nyanyian rayuan pulau kelapa atau Indonesia Tanah Pusaka yang merdu menawan hati. Tapi demi industrialisasi dan modernisasi, semua dikurbankan sehingga jadilah tanah yang banjir dan jadi padang pasir.
Lalu pesan lelaki itu pada sang puteri: Saya mungkin di dunia tak lama lagi. Harapanku semoga engkau di tahun depan yang menanti bisa menjaga Indonesia tetap lestari dan indah berseri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H