Di tengah malam hujan yang basah
teringat aku akan ayah yang telah tiada
Dia seorang prajurit perwira
tapi hidupnya sederhana tak mau memanfaatkan kuasanya sebagai tentara
ketika terjadi pengusiran tentara Belanda dan banyak temannya merampas rumah si Belanda
ayah tak mau memanfaatkan kesempatan itu,
takut kepada Tuhan katanya sebab itu merampas yang bukan haknya
Dia memilih pensiun ketika ditawari naik pangkat dan pindah ke Jakarta
katanya Jakarta tak cocok untuk kehidupan keluarga
juga karena tak suka terhadap pimpinannya
Ketika masa pensiun ayah tak punya apa-apa,
rumah juga masih menyewa dan kemana-mana mengendarai sepeda tua bahkan ketika mengambil pensiun yang menjadi haknya
Tetapi ia menjalani itu dengan gembira dan mengatakan kepada saya, kakak, dan adik-adik saya
bahwa ia hanya bisa mewariskan ilmu pengetahuan dan menyuruh kami sekolah setinggi-tingginya
meskipun untuk biayanya kadang ayah harus berutang pada pelepas uang
Kini ayah sudah beristirahat damai  di Taman Makam Pahlawan karena ia punya Bintang Gerilya ketika merebut Irian Jaya
itupun karena ia berpesan dimakamkan di sana sebab ibu yang telah mendahuluinya kesulitan dimakamkan karena masalah agama.
Terima kasih ayah atas segalanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H