Lelaki itu menangisÂ
lalu menarik secarik kertas dan mengambil sebuah sebuah pensil
dituliskannya sebait puisi
karena hanya puisi bisa menampung tangis yang merupakan tabu lelaki
Pada puisi yang ditulisnya itu ia mencurahkan luka hati
tentang kekasih hati yang kesekian kali dan kesekian kali pula menyakiti
apakah cinta dan luka memang harus seiring?
ia berkali memilih penyembuh perih hati tapi berkali pula rasa nyeri kembali
apakaah hidup mesti diakhiri?
tiba-tiba cahaya ilahi menghampiriÂ
dan membisikkan kalawarti surgawi
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!