Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Jalan Pak Arief Budiman

23 April 2020   17:27 Diperbarui: 23 April 2020   17:34 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sosilog terkemuka Prof Dr. Arief Budiman baru saja meninggal dunia di usia yang ke 79. Penyebab mennggalnya adalah karena penyakit Parkinson yang dideritanya yang menyebabkan komplikasi penyakit lainnya.

Saya termasuk pengagum beliau dengan sikapnya yang keras dan konsisten serta tulisan-tulisannya yang jernih dan enak dibaca walaupun yang disampaikannya adalah sesuatu yang berat.

Sikapnya yang keras tampak ketika sejak mahasiswa di bawah rezim Soeharto dia menentang berbagai kebijakannya. Dia merupakan salah satu tokoh demonstrasi besar-besaran menentang kedatangan Perdana Menteri Jepang Tanaka dalam rangka Penanaman Modal Asing ke Indonesia di tahun 1974. 

Demo itu dikenal dengan peristiwa MALARI. Akibat demo itu banyak aktivis mahasiswa ditangkap dan dipenjara, termasuk Arief Budiman. Setelah keluar dari penjara, dia melanjutkan studinya ke AS.

Sepulang dari studi Dia pernah menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah. Dia pernah menentang Pemilu Orde Baru yang menurutnya merekayasa demokrasi dengan memaksakan jumlah partai politik hanya 3 yaitu Golkar, PPP, dan PDI. 

Itupun Golkar yang selalu dianakemaskan dan selalu menang dalam Pemilu yang penuh rekayasa.Maka dia mendirikan gerakan yang dinamakan GOLPUT atau golongan pputih alias tidak mememilih dalam pemilu. Istilah Golput dipakai untuk menentang Golkar sebagai partai pemerintah.

Ketika zaman reformasi tiba, banyak paartai politik didirikan. Yang saya salut adalah ketika Pak Arief Budiman dalam wawancaranya dengan sebuah media massa mengatakan bahwa dia akan memilih karenaa sudah banyak partai politik dan demokrasi tidak semu lagi. Ini bukti sikap konsistennya. 

Banyak aktifis yang menurut saya asal menentang pemerintah dan asal kritis. Tetapi Pak Arief bukan yang seperti itu. Belliau selalu konsisten dengan sikap dan pilihana dan pilihana itu rasional.

Pada saat terjadi kemelut pemilihan rektor UKSW, Pak Arief termasuk penentang rektor terpilih karena dianggap pemilihannya tidak fair. Kemudian beliau mogok mengajar dan akhirnya bersama Ariel Heryanto, George Junus Aditjondro dikeluarkan dari UKSW tetapi kemudian justru mendapat tawaran mengajar di Australia.

Meskipun sikapnya keras, tetapi dalam salah satu tulisannya dia mengatakan bahwa adiknya yang jugaa aktifis mahasiswa yaitu Soe Hok Gie justru sikapnya lebih keras. 

Pak Arief mengatakan bahwa salah satu sikap keras adiknya adalah sampai akhir hayatnya adiknya tetap memakai nama tionghoa yaitu Soe Hok Gie, sementara pak Arief sendiri berganti nama dari nama aslinya yaitu Soe Hok Djin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun