Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Petuah dalam Balutan Kisah

12 Januari 2014   14:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:54 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimuat di Jawa Pos, Minggu/12 Januari 2014

Judul: Revolution of Life, Kisah-kisah Inspiratif untuk Revolusi Hidup

Penulis: Sumono Liu

Penerbit: Bhuana Ilmu Populer

Cetakan: 1/2013

Tebal: xvi + 260 halaman

ISBN: 978-602-249-371-6

Manusia tergolong makhluk sosial. Sebab ia tak bisa hidup sendiri. Sekadar memangkas rambut pun butuh jasa tukang cukur. Dalam pengertian makro, kolektivitas juga bisa dimaknai sebagai proses pembelajaran dari pengalaman orang lain. Sehingga manusia tak perlu mengulang kesalahan yang sama. Misalnya untuk mengetahui bahwa api itu panas, tiada berguna memegang bara api.

Buku “Revolutionof Life” ini memuat aneka kisah. Sumber referensinya dari biografi tokoh terkenal, sejarah dunia, fenomena alam, kata-kata mutiara, koleksi humor, dll. Misalnya cerita kehidupan Theodore Roosevelt.

Ternyata ia pernah sakit-sakitan saat masih kecil. Ia mengidap asma, penglihatan yang kurang baik, dan tubuhnya kurus kering. Di sekolah pun Roosevelt, Jr dikenal sebagai murid yang gugup dan penakut.

Tatkala Roosevelt, Jr berusia 12 tahun, ayahnya Theodore Roosevelt, Sr (salah satu pendiri American Museum of Nature History) mengucapkan kata-kata yang selalu terngiang di telinga Roosevelt, Jr sepanjang hidupnya, “Anakku, kamu memiliki tubuh yang payah. Namun, kamu memiliki otak yang hebat. Ingatlah! Tanpa tubuh yang kuat, otakmu tidak akan mencapai potensi maksimal. Nak, kau harus kuatkan tubuhmu!” (halaman 70).

Apa istimewanya kata-kata tersebut? Setiap orang bisa mengucapkan petuah senada. Menurut Sumono Liu, untuk memotivasi seseorang kata-kata manis tak signifikan. Motivasi terungkap lewat kalimat tulus yang tak dibuat-buat. Tesis tersebut selaras dengan pendapat Erich Watson, “Mendengar dan berkata-kata adalah seni yang paling indah yang pernah dipelajari manusia selama ribuan tahun lamanya, tapi hanya sedikit orang yang berhasil menguasainya.”

Keunikan wejangan Roosevelt, Sr terletak pada nilai kejujuran (otentisitas). Sang ayah mengungkapkan kegundahannya secara terus terang seturut kondisi riil yang dialami putranya. Usai mendengar nasihat ayahnya, Roosevelt kecil bertekad memiliki tubuh sehat. Ia mengubah gaya hidupnya. Ia sering berolahraga, mengkonsumsi makanan dan minuman bergizi, istirahat secara teratur, serta disiplin menjaga kebugaran tubuh.

Selama bertahun-tahun, ia tekun melatih tubuh dan otaknya. Roosevelt, Jr melanjutkan studi di Universitas Harvard. Setelah lulus ia berkarir di dunia politik. Sebelum menjadi presiden Amerika Serikat ke-26, ia pernah bertugas di dinas kemiliteran. Ia dipercaya memimpin resimen kavaleri yang dikenal dengan julukan “Penunggang Kuda yang Gagah Berani”. Seorang anak yang di masa kecilnya lemah dan penakut berhasil menjadi pemimpin besar yang termasyur di seluruh dunia. Betapa kuat efek nasihat dari seorang ayah yang tulus.

Sistematika buku ini terdiri atas 13 bab. Pilihan temanya relatif bervariasi. Mulai dari perumpamaan, tubuh manusia, elemen alam, hingga Tuhan, agama, dan Anda. Penulisnya merupakan seorang sarjana manajemen. Pria kelahiran Pontianak tersebut kini bergerak di bidang properti.

Tujuan penulisan “Revolution of Life” untuk berbagi semangat dan inspirasi bagi orang-orang yang mungkin tak dikenalnya. Senada dengan pepatah lama, “Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, satu tulisan (baca: buku) bisa menembus 1000 kepala.”

Pada subbab bertajuk “Kehebatan Tanpa Karakter Baik = Bom Waktu”, penulis memaparkan hasil riset dari The Carnegie Institute of Technology. Ternyata, seseorang sukses karena 15% ilmu pengetahuan dan skill/keterampilan (berkaitan dengan kehebatan), sedangkan 85% ditentukan oleh bagaimana ia berhubungan dengan orang lain (berkaitan dengan karakter).

Secara lebih terperinci, Lao Tse, seorang bijak dari dataran China menguraikan karakter baik manusia ke dalam 3 kategori. Pertama adalah rasa belas kasihan yang dari padanya manusia menemukan keberanian. Kedua adalah pengendalian diri yang darinya manusia beroleh kekuatan. Ketiga ialah tidak berprasangka yang darinya orang bisa menancapkan pengaruh.

Artinya, sesuai teori berkebalikan (reverse theory), orang yang tidak mengenal rasa takut tapi tidak memiliki belas kasihan, kuat tetapi tanpa pengendalian diri, atau berpengaruh tapi suka berprasangka buruk, semuanya akan hancur dan binasa pada akhirnya. Karakter baik ibarat benih, perlu rutin dirawat, dipupuk, dan disirami setiap hari (halaman 21).

Keunikan buku ini terletak pada gaya penyampaiannya. Petuah bijak diutarakan lewat balutan kisah. Sehingga pembaca tak merasa digurui. Dengan membolak-balik halamannya, pembaca diajak menyelami sendiri dan memetik nilai adiluhung dari setiap cerita. Benang merahnya satu, pembaca diajak menyadari kehadiran-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bahasa Ignasius dari Loyola disebut menemukan Tuhan dalam segala. Bahkan di momen-momen “terburuk” sekalipun.

Misalnya kisah hidup seorang laki-laki baik hati yang selalu penuh kasih sayang kepada orang lain. Ketika ia wafat, semua orang yakin bahwa ia akan langsung masuk surga. Namun karena satu dan lain hal, malaikat di surga melakukan kekeliruan. Ia melewatkan nama orang baik tersebut dan melaporkan bahwa nama orang itu tidak terdaftar di surga. Malaikat maut pun langsung mengirimnya ke neraka.

Singkat cerita, arwah orang baik itu harus tinggal di neraka. Ia tidak membantah karena ia berpikir mungkin belum layak untuk tinggal di surga. Ia begitu yakin pada keputusan Tuhan yang Mahaadil. Seminggu kemudian, Raja Iblis datang ke surga dan langsung mencak-mencak. Ia menuduh Kerajaan Surga telah menyabotase.

“Kenapa kamu datang ke sini?” tanya malaikat penjaga surga. Raja Iblis itu menjawab dengan nada tinggi, ”Apa maksud kalian mengirim orang ini ke neraka? Ia benar-benar merusak tempatku. Sejak ia tinggal di neraka, ia tidak pernah membalas siapapun yang menyakitinya. Ia justru selalu mendengarkan, mengasihi, dan menghibur orang lain. Sekarang semua orang di neraka sudah saling memeluk dan mengasihi satu sama lain. Ini bukan neraka yang ideal. Nih, aku kembalikan orang ini kepada kalian!”

Sebagai gong penutup, penulis mengutip wejangan Ramesh, “Hiduplah dengan penuh cinta dan kasih dalam hatimu. Dengan begitu, apa pun yang terjadi pada dirimu, termasuk jika malaikat melakukan kesalahan dan mengirimmu ke neraka, Iblis akan mengantarmu ke surga.” (halaman 32).

Tiada gading yang tak retak, begitu pula buku ini. Pada sampul bagian belakang tertera total ada 12 tema berbeda. Tapi ternyata di bagian daftar isi tertera 13 tema cerita. Kekeliruan minor tersebut perlu diperbaiki ke depannya.

Buku setebal 260 halaman ini ibarat sari tetes tebu. Sehari cukup menyelami satu cerita saja. Niscaya dapat memfasilitasi pembaca untuk melihat sisi lain kehidupan yang jarang disadari dan acap terlupakan. (T. Nugroho Angkasa, Editor dan penerjemah lepas)

[caption id="attachment_289766" align="alignleft" width="300" caption="Dok. Pri"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun