Namun perbedaan tersebut tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk menggagas piagam ini serta bergotong-royong demi terwujudnya Keselarasan Global (Global Harmony).
Bukan sekadar sebagai Deklarasi Cita-cita Mulia para pelopornya serta orang-orang yang kemudian mendukung dan ikut menandatangani, tapi sesungguhnya Piagam ini merupakan Pedoman (road map) untuk mencapai dan mewujudkan Keselarasan Global (Global Harmony).
Patut diakui bahwa semua agama, sistem kepercayaan, keyakinan (termasuk ateisme), tradisi-tradisi spiritual dan filsafat tanpa kecuali mengedepankan keselarasan sebagai jiwa dari semua sistem sosial. Masyarakat mana pun atau sistem sosial apa pun tidak dapat bertahan lama tanpa menjunjung tinggi prinsip ini.
Oleh karena itu perlu dibuat dan disepakati sebuah pedoman (road map) untuk mewujudkan tujuan bersama umat manusia.
Para penandatangan Piagam ini sungguh percaya bahwa Keselarasan Global (Global Harmony) tidak bisa dipaksakan kelahirannya. Hukum dan peraturan apa pun tidak akan pernah mampu membantu manusia mewujudkan hal ini, kecuali terlebih dahulu ada kedamaian dalam hati setiap insan. Jadi, pertama dan utama setiap individu harus berdamai, mengalami dan merasakan kedamaian dengan dirinya sendiri.
Kedamaian Batin setiap individu (Inner Peace) niscaya otomatis mewujud sebagai Kasih yang Mengikat Masyarakat Majemuk dalam Persaudaraan (Communal Love), baik sebagai satu komunitas bangsa maupun dengan bangsa-bangsa lain di dunia
Pada gilirannya Kasih yang Mengikat Masyarakat Majemuk dalam Persaudaraan (Communal Love) ini yang mengantar kita mencapai Keselarasan Global (Global Harmony).
Dengan berpijak pada Piagam ini, kami menyerukan kepada masyarakat dunia untuk menyisihkan waktu sekurang-kurangya 20 menit setiap hari untuk bermeditasi. Silakan menggunakan teknik yang cocok atau sesuai dengan tradisi/sistem kepercayaan masing-masing. Sebab, hanya dengan menoleh ke dalam diri dan meditasi manusia dapat mencecap Kedamaian Batin (InnerPeace).
Berbarengan dengan latihan pemberdayaan diri lewat meditasi, kami juga mengajak semua manusia untuk melakukan karya pelayanan sosial tanpa pamrih. Durasinya minimal 2 jam dalam seminggu atau 8 jam setiap bulan.
Layanan sosial tersebut hendaknya tidak ditujukan kepada sebuah kelompok tertentu saja. Namun harus menjangkau komunitas-komunitas masyarakat yang berbeda suku, agama dan afiliasi politiknya.