Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Dari Inner Peace ke Communal Love untuk Global Interfaith Harmony

1 September 2012   18:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:02 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain itu, menurutnya, Indonesia sebagai satu bangsa, semboyan Bhinneka Tunggal Ika perlu menjadi kerja aktif. Proses ini dapat diupayakan oleh kekuatan-kekuatan yang dipunyai bangsa ini. Penulis produktif di pelbagai jurnal Antropologi tersebut melihat bahwa persoalan untuk membangun Global Interfaith Harmony ialah bagaimana mendamaikan kultur dengan struktur. Karena begitu beragamnya kebudayaan kita dari Sabang sampai Merauke.

Ia berpendapat, “Inilah potensi, kekuatan kultural Indonesia. Jadi kultur itu harus didamaikan dengan struktur negara, sosial, ekonomi, dst. Sehingga bisa hidup di satu lingkungan yang harmoni.”

Menurutnya, masyarakat setempat sudah menjalankan. Ada petuah Melayu untuk mendamaikan kultur dan struktur. Terutama dalam hal kepemimpinan (leadership). Pemimpin ialah orang yang didahulukan selangkah, ditinggikan seranting, dan dimuliakan sekuku. Artinya pemimpin harus dekat dengan kita. “Tapi kini gajinya saja jauh dari rakyat yang dipimpinnya,” ujarnya.

Dalam konteks ini, alumnus UGM ini berpendapat bahwa revitalisasi budaya lokal, kearifan leluhur menjadi penting. Ia menambahkan, “Di Jawa sendiri, ada falsafah kepemimpinan. Dari Tamansiswa, dulu Ki Hadjar Dewantara sudah mengingatkan pada Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mbangun Karso, dan Tut Wuri Handayani.”

Prof. Irwan menawarkan solusi. Untuk membangun Indonesia yang berkeadaban ada 3 syarat. Pertama, freedom (kebebasan). Bahkan masyarakat di pulau terpencil pun harus memiliki kebebasan Hak Asasi Manusia (HAM). Kedua, kesetaraan. Etnisitas jangan dibedakan. Kesetaraan warga dan bangsa harus sama. Tanpa memandang etnis, agama, dst. Ini yang menjamin kesesuian dan keserasian. Ketiga, toleransi. Tanpa toleransi kehidupan yang harmoni tidak bisa diwujudkan.

Akhir kata, beliau menandaskan, “Butuh perjuangan dan komitmen bersama untuk mewujudkanya. Global harmoni memang harus dimulai dari Inner Peace. Dari hati para pribadi demi membangun keserasian sosial. Lemhanas sangat berterimakasih atas acara ini, kami akan mensosialisasikan hasilnya ke seluruh Indonesia. Semoga dapat melahirkan pikiran yang matang dan berguna. Untuk Indonesia yang berkeadaban serta berkontribusi dalam global harmoni.”

Sambutan Ngarso Dalem

1346570009719900595
1346570009719900595

Sebelum membuka simposium secara resmi. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sekaligus Raja Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai pembicara utama menyampaikan gagasannya. Berikut ini isi pidato beliau:

***

Assalamualaikum, wa rahmatullahi wa barakatuh,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun