Dalam konteks Indonesia, Pak Hikam mengingatkan, “Kita perlu mencintai antar anak bangsa. Salah satu problem utama di negara ini, demokrasi dianggap apa-apa boleh, termasuk membenci sesama anak bangsa. Padahal tanpa ada kasih sayang, ajaran bisa ditafsirkan secara keliru.”
Pria kelahiran Tuban ini mengutip pendapat Gus Dur bahwa Indonesia butuh Islam yang ramah bukan yang marah. Karena penafsiran lain juga punya status epistemilogis yang sama. “Selama kita masih di dunia, kita tidak akan memiliki kebenaran dengan huruf K besar, “ujarnya.
Pak Hikam berpendapat bahwa The only solution is Love, itulah pesan utama Rumi, Luther King Jr, dan Pak Anand.
Pendidikan multikultur di Indonesia tak boleh sekadar konsep, tapi harus dipraktekkan. Intinya 3 hal: 1. Merayakan perbedaan. 2. Perbedaan bukan masalah. 3. Perbedaan itu esensial dalam kehidupan kita.
“Kini kalau menuntut semua harus sama itu pandangan jadul. Menciptakan insan kebangsaan, brotherly love, communal love, konkretisasinya ada di Indonesia Raya (NKRI). Yang tak setuju, silakan pindah saja ke tempat lain di Saudi Arabia, London, Washington, dst, “ pungkasnya.
Penyerahan Cinderamata
Tak terasa 3 jam hampir berlalu. Dalam waktu sesingkat itu, peserta bisa belajar begitu banyak hal. Dengan menyimak paparan dan sharing pengalaman para pembicara. Sehingga terinspirasi untuk melakoninya dalam keseharian hidup.
Sebagai ucapan terimakasih penyelenggara menyerahkan cinderamata diwakili oleh Bapak Yudhanegara dari Anand Ashram Mother Centre, Sunter, Jakarta; Ibu Erina, Anand Krishna Information Centre (AKIC) Semarang; Sdri. Ires, Generasi Muda Yayasan Anand Ashram; Ibu Santi, Kepala Sekolah One Earth School (OES); Bapak Triwidodo, Ketua Anand Krishna Centre (AKC) JogLoSemar; Ibu Harumini, Ketua Anand Krishna Education Foundation; Bapak Michael, Ketua Anand Krishna Information Centre (AKIC) Magelang; dan Ibu Yuni, Ketua Anand Krishna Information Centre (AKIC) Surabaya.
Salah satu peserta yang hadir turut berbagi kesan. Bernando J Sujibto, alumnus Language and Culture Program University of South Carolina berpendapat, "Acara begini sangat bagus dan perlu untuk menyebarkan isu tentang interfaith dan peace secara umum." Menurut aktivis di Komunitas Peace Generation (http://peacegeneration.org/) tersebut, "Sasaran ke para guru memang bagus, agar mereka mempunyai bekal tentang perdamaian dan harmoni. "
Pengalaman yang indah di penghujung pekan itu diakhiri dengan foto bersama. Monggo, silakan sebarluaskan reportase ini. Matur Sembah Nuwun