Langkah awal yang harus ditempuh ialah melihat diri apa-adanya. Senada dengan petuah Mangkunegoro IV dalam Kitab Wedhatama, "Bila ada fleks atau noda di wajah kita, tak perlu ditutupi dan dibedaki." Sang pujangga mengajak kita berani jujur dengan diri sendiri.
"Kalau ada duka terpendam, rasa sedih itu harus dikeluarkan. Begitupula kalau ada rasa kesal, benci, semuanya “dimuntahkan.” Setelah mengeluarkan teriakan selama 3-7 menit niscaya Anda merasa lebih sehat. Pasca latihan, silakan mengecek tekanan darah. Denyut nadinya menjadi normal. Tapi kita juga perlu menjaga pergaulan agar tidak terkontaminasi lagi," ujar Pak Anand.
Pencahar Perut
Dalam acara Open House ini, Bapak Anand Krishna juga menceritakan kemujaraban obat pencahar perut. Dahulu, pamannya di India berprofesi seorang dokter. Semua pasien yang datang diberi obat pencuci perut dan diminta kembali 3 hari lagi. Ternyata, sebagian pasiennya tak datang lagi alias sudah sembuh.
Uniknya, orang yang mengidap penyakit kanker, kalau dicek ternyata ususnya gosong, hitam legam. Terapinya sederhana, yakni dengan minum air dalam jumlah besar, sebanyak minimal 2 liter per hari. Selain itu, selama 3 minggu makan buah-buahan saja, hindari makan gorengan. Banyak pasien kanker bisa sembuh dengan cara ini.
[caption id="attachment_166619" align="aligncenter" width="300" caption="Para peserta sampai memenuhi halaman depan"]
Karena pada malam hari ini banyak mahasiswa dan kaum muda yang hadir, Pak Anand juga berbicara tentang media sosial. Ketimbang menahan-nahan diri, lebih baik dikeluarkan saja. Kalau tak suka dengan sesuatu, tidak suka dengan keadaan tulis di koran, FB, Twitter, dll. Jejaring sosial tersebut jangan hanya dipakai untuk mengungkap masalah pribadi.
Pak Anand mengingatkan bahwa kita jangan hanya bisa mengkritik, tapi juga harus memberikan solusi. Ihwal kenaikan harga BBM misalnya, ternyata air bisa diubah menjadi minyak. Ada teknologinya, bahkan orang tersebut bersedia mengajarkan kita cara membuatnya. Suatu saat kita harus bertemu Pak Joko Widodo (Walikota Jokowi) untuk membahas hal ini.
Pak Anand juga mengungkap solusi lainnya. Misal, Belanda mendapat aliran listirik dari putaran kincir angin. Sektor pertanian di sana digerakkan oleh angin. Kita di sini di Indonesia, sepanjang tahun berlimpah sinar matahari. Sedangkan, di Eropa, bisa sampai 4-5 bulan tak ada cahaya matahari sama sekali. "Kalau kita mau membuat solar cell, 1 instalasi tersebut menghasilan 10.000 watt dan bisa mengalikan listrik untuk 5-6 rumah," imbuhnya.
Pak Anand mengungkap fakta ilmiah lainnya. Air (H20) bisa dirubah menjadi sumber energi. Di Manhattan, tak ada tanaman lagi, semua wilayah dibangun gedung-gedung. Ada pohon kecil, tapi gedungnya lebih besar lagi. Uniknya, ada gedung 30-40 lantai, dindingya terdiri atas 2 lapisan. Setiap tetes air hujan masuk di sela-selanya. Kemudian air tampungan tersebut di-recycle naik-turun dengan mesin khusus. Sehingga seluruh ruangan dalam gedung tersebut tak butuh AC lagi.