Dimuat di Koran SINDO, Minggu/27 November 2011
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/446761/ Judul : Karma Yoga Bagi Orang Modern, Etos Kerja Transpersonal untuk Zaman Baru Penulis : Anand Krishna Ph.D Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Cetakan : I, Oktober 2011 Tebal : xxi +248 halaman ISBN : 978-979-22-7628-2 Harga : Rp 50.000
Kepulauan Nusantara dikelilingi air. Lalu di bawah perairan tersebut, jauh di dasar laut, terdapat rings of fire. Patahan kerak bumi yang senantiasa beringsut dinamis ini menyebabkan gempa tektonik dan aktivitas vulkanik di seluruh Indonesia.
Air dan api merupakan 2 unsur alam yang saling bertentangan. Dan kita semua hidup di tengah dominasi kedua elemen tersebut (halaman 49). Begitulah pengamatan jeli Anand Krishna yang diungkap dalam buku ini. Penulis 140 buku tersebut memaparkan kenapa manusia Indonesia cenderung emosional. Memang, emosi berlebih, di satu pihak, membuat kita berpotensi menjadi seniman kelas dunia.
Menurutnya, bila penulis kita menguasai bahasa Inggris dengan baik, kita dapat berdiri sejajar dengan sastrawan dari India dan Pakistan sehingga karya tulis kita bisa dibaca di negeri manca. Di sisi lain, pengaruh unsur air dan api membuat kita cepat tersinggung. Ketika ingin marah, elemen api terkalahkan oleh anasir air, tak jadi marah. Namun, luapan amarah tersebut masih terpendam di dalam diri.
Akibatnya, setiap sekian tahun, kita menjadi beringas dan melampiaskannya secara kolektif. Istilah “amuk” hanya ditemukan dalam kamus bahasa Indonesia. Kadang bangsa ini gontok-gontokan karena alasan PKI (1965). Selanjutnya karena berbeda suku, agama, ras, antar golongan (SARA) (1998) dst. Bila ditelisik secara mendalam, akarnya ialah benturan elemen air dan api tadi. Para leluhur kita menyadari kondisi geografis dan suasana batin ini.
Oleh sebab itu, mereka menganjurkan gotong-royong sebagai laku hidup. Sehingga secara konstruktif, kita dapat menyalurkan energi hasil friksi kedua unsur tersebut untuk mencapai tujuan bersama. Senada dengan definisi Paul Martin Taylor, “Gotong royong is cooperation among many people to attain a shared goal.” Sejak usia dini anak-anak mesti dididik untuk hidup berdampingan dalam keberagaman.
Di pinggiran Kota Yogyakarta terdapat Sanggar Anak Alam. Pendiri Sanggar tersebut ialah Wahyaningsih dan Toto Raharjo. Menurut Dra Nadloh AS Sariroh - yang masih kerabat dekat Cak Nun - di sekolah alam tersebut, sejak masih playgroup anak-anak sudah diajari multikulturalme alias saling apresiasi kemajemukan. Tentu cara penyampaiannya disesuaikan dengan usia mereka. Misal lewat media dongeng dan story telling agar lebih menarik sekaligus mengena pesannya.
Buku ini semula berupa catatan doktoral untuk meraih Ph.D. Anand meraih gelar dalam bidang comparative religions (perbandingan agama-agama) dari Univeristy of Sedona (USA) pada 2011. Judul asli disertasinya adalah “Transpersonal Way of Action”. Isinya terinspirasi oleh ajaran Sheikh Baba, Sri Sathya Sai Baba, Maharishi Mahesh Yogi, J Krishnamurti, Anthony de Melo, Maulana Wahiduddin Khan, Gus Dur,dll.
Selain itu, pendiri Yayasan Anand Ashram (berafiliasi dengan PBB) ini menjadikan tulisan Rumi, Blavatsky, Ramakrishna, Vivekanada, Yogananda, Ranggawarsita, dan Mangkunegara IV sebagai referensi (halaman 57). Pada Hari Kesukarelawanan Sedunia (International Volunteer Day) 5 Desember 2008, Ban Ki-moon menyatakan bahwa semangat kesukarelawanan atau altruisme-lah yang bisa menyelamatkan dunia kita.
Sekjen PBB tersebut menandaskan, “Kita membutuhkan orang yang dapat melayani masyarakat tanpa memikirkan keuntungan bagi dirinya sendiri.” (Sumber: www.inis.unvienna.org/unis/pr essrels/2008/unissgsm087.html) Dalam buku ini istilah ilmiah untuk semangat berkarya tanpa pamrih (karma yoga) di atas ialah transpersonal (halaman 84). Cabang psikologi ini pertama kali dipopulerkan oleh filsuf William James pada 1905–1906. Namun, setelah itu sempat terlupakan.