Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Saling Apresiasi Kebhinekaan? Di Sini Kita Sudah Praksiskan!

29 Juli 2011   11:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:16 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebih lanjut, menurut Dosen Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma ini, memang dalam tataran ritual, setiap umat beragama menjalankan ibadah sesuai ajarannya masing-masing. Kendati demikian, ada ajaran universal yang menyatukan kita semua, seperti misalnya cinta kasih. Entah itu terhadap Tuhan maupun sesama. Apapun agama, suku, bahasa, dan latar belakang kita memiliki misi yang sama, yakni kebersamaan dan kerukunan.

Ia menganalogikannya ibarat ruji sepeda, semakin dekat dengan As atau Pusat, semakin kita dekat dengan sesama yang lainnya. Bulan Ramadhan menjadi momentum untuk menyucikan diri dan mendekatkan diri pada Tuhan. Sehingga kita dapat melayani sesama, hidup rukun dan damai dalam keberagaman.

1311933597228224792
1311933597228224792
Kyai Jadul Maulana

Kyai Jadul Maulana dari perwakilan umat Islam berpendapat senada,  "Setiap manusia sedang mengejar kesempurnaannya sebagai manusia". Menurut pengasuh Pondok Pesanteren Kali Opak, Bantul ini  lakon perwayangan merupakan simbolisasi proses tersebut.

Ia sedikit terkejut karena tema acara ini sama dengan tema peringatan 500 tahun Sunan Kalijogo. Yakni meneguhkan jati diri bangsa dan kebhinekaan. Saat ini digelar selama 11 malam di Alun-alun Utara Yogyakarta oleh Nahdatul Ulama (NU).

Mereka menggunakan wahana wayang golek untuk menyajikan tontonan yang mengandung tuntunan. Pada malam penutupan, Sabtu (30/7/2011) akan dihadiri oleh Ngarso Dalem HB X dan Prof. KH Said Agil Siraq, MA. Beliau mengundang semua peserta yang hadir sore itu untuk berpartisipasi.

Kyai mengungkapkan bahwa dalam kitab Mutiara (nasehat-nasehat), bulan Ramadhan dimaknai sebagai bulan penuh kemuliaan, pintu rahmat dan ampunan di buka selebar-lebarnya.

Secara lebih mendalam, pendiri Yayasan LKiS ini melihat perbedaaan agama sebagai sesuatu yang relatif. Ia menceritakan kisah seorang Yahudi yang tinggal di lingkungan umat Muslim. Ada orang Islam yang berpuasa, tetapi saat berbuka ia tak mempunyai makanan. Lantas, orang Yahudi tersebut menyuguhkan hidangan untuk berbuka. Padahal ia sendiri tidak berpuasa. Keesokan harinya, orang Yahudi itu wafat dan ada Kyai yang bermimpi bahwa orang Yahudi tersebut sudah ke dalam surga.

Intinya, para santri kini cenderung diajar secara dogmatis. Sehingga mereka menutup mata terhadap kebenaran lain. Selain itu, Fiqh juga menjadi ekslusif. "Padahal sejatinya pengelolaan keimanan dan metode lainnya musti diabdikan untuk ketulusan hubungan dengan Tuhan dan sesama," imbuhnya

Kyai Jadul memaparkan pula bahwa sejatinya ibadah pusa merupakan ajaran luhur para Nabi. Untuk meruhanikan diri. Pada bulan Ramadhan kita mengambil jarak dari materi. Tujuannya agar kesadaran kita total beriman pada-Nya.

Acara ini, menurutnya, ibarat Telaga Al Kautsar. Sarana untuk menyadari bahwa Hyang Satu melahirkan keberagaman dan keberagaman tersebut pada akhirnya juga menuju kembali pada Hyang Satu. Bila kita meminum setetes air dari sini maka kita tidak akan merasa haus lagi. Hidup menjadi tentram, damai, dan tidak lagi mempersoalkan perbedaan duniawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun