Pelopor Perubahan Fritjof Capra dalam buku The Turning Point: Science, Society, and the Rising Culture (1982) menulis bahwa sejarah peradaban manusia senantiasa mengalami dinamika pasang-surut. Dalam bahaya kehancuran total dan kerusakan berskala masif, kebudayaan manusia terselamatkan oleh suatu kelompok. Lazimnya disebut kelompok pelopor perubahan.
Sekelompok kecil orang yang titen alias peka membaca tanda-tanda zaman ini berhasil mentransformasi ancaman disintegrasi dan degradasi nilai kemanusiaan menjadi peluang untuk bangkit, bergerak, dan berjuang membangun masa depan bersama yang lebih gemilang.
Dalam konteks ini, kita dapat menempatkan aksi mogok makan Anand Krishna sebagai bagian tak terpisahkan dari seluruh bangsa Indonesia. Ia berperan sebagai pelopor perubahan bagi republik ini.
Gerakan Anand memang tak seberapa dalam konteks seluruh negara bangsa. Namun, tindakannya niscaya membentuk opini publik. Keadilan bagi rakyat, terutama yang miskin, lemah, dan tertindas, memang musti terus-menerus diperjuangkan di bumi Nusantara tercinta ini.
Meski tampaknya tak akan didengar oleh penguasa dan penentu kebijakan publik, aksi mogok makan Anand demi tegaknya keadilan akan dicatat dalam sejarah. Yakni sebagai seruan kelompok pelopor perubahan.
Kita masing mengingat keberanian 42 orang anggota SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi) yang ditangkap tatkala melakukan aksi puasa mogok makan di halaman Gedung YLBHI pada 7 Juli 1994 silam.
Padahal saat itu rezim Orde Baru begitu represif terhadap kelompok yang vokal. Para aktivis muda tersebut memprotes pembredelan terhadap Tempo, Editor, dan Detik.
Akhir kata, adakah kepekaan lebih luas yang menyambut gayung aksi tanpa kekerasan Anand Krishna menjadi gerakan pelopor perubahan demi masa depan bangsa yang lebih adil dan manusiawi? Jawabannya ada pada kita semua sebagai sebuah bangsa. Sekarang atau tidak sama sekali. Indonesia Jaya!
Berikan dukungan Anda bagi tegaknya Keadilan di Bumi Pertiwi:
Terimakasih