Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengabadikan (Almarhum) Mbah Maridjan

27 Oktober 2010   17:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:02 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini sama sekali bukan klenik, melainkan kearifan lokal yang telah diyakini secara turun-temurun oleh leluhur kita. Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memang bisa ditarik satu garis imaginer. Dari Puncak Merapi, Monumen Tugu Yogyakarta, Siti Hinggil Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Panggung Krapyak, hingga ke Segoro Kidul di pantai Parang Tritis.  Artinya, kesatuan antara Gusti Pangeran dan para kawulo alit. Dalam tradisi Kejawen disebut, "Manunggaling kawulo lan Gusti."

Sejak Merapi meletus pada tahun 2006. Mbah Maridjan semakin terkenal dan terpilih sebagai bintang iklan salah satu produk minuman. Tapi bukan itu yang membuat beliau dihormati dan dicintai. Baik oleh masyarakat Yogyakarta pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Dedikasi Mbah Maridjan terhadap nilai yang ia yakini itulah sumber kekuatan beliau. Loyal setia seteguh batu karang walau berada di tengah marabahaya sekalipun.

Tubuh renta itu musti berhadapan dengan gunung Merapi yang menjulang setinggi 2.914  meter. Siap memuntahkan lahar bersuhu 1000 derajat Celcius dan wedhus gembel (awan panas) berkecepatan luncur 200 km/jam. Tapi beliau tidak bergeming sedikitpun. Kematian Mbah Maridjan juga bisa menjadi preseden buruk bagi Pemerintah Pusat. Yang tak kunjung mengesahkan UU Keistimewaan DIY. Mbah Maridjan bisa jadi mau turun gunung bila yang menginstruksikan secara de facto Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X, bukan sekedar de yure Gubernur DIY.

Tanggung jawab menjalankan amanah yang diberikan sampai titik darah penghabisan. Inilah nilai abadi yang diwariskan kepada segenap anak bangsa dari Sabang sampai Merauke oleh Almarhum tercinta. Adakah mentalitas semacam itu dalam diri para pemimpin kita, wakil rakyat, pejabat publik, para pengusaha dan last but not least diri kita sendiri?

Mari sejenak kita menundukkan kepala dan memanjatkan sebait doa, "Selamat jalan Mbah Maridjan, kami berterimakasih atas teladan nyata kisah hidupmu. Selamat beristirahat dalam pangkuan Ibu Pertiwi. Tugas kami kini untuk melanjutkan perjuangan para bapa bangsa dan leluhur kita. Tetap setia pada nilai kebhinekaan NKRI dan falsafah adiluhung Pancasila. Indonesia Jaya!

Sumber Foto:  http://www.google.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun