Gus Dur juga bicara panjang lebar selama sejam lebih di Aula As-Salam. Yang menarik adalah urain beliau tentang istilah Bende Mataram, ternyata idiom ini merupakan ikrar yang biasa dibacakan pada saat pengakatan seorang raja. Tradisi tersebut telah berlangsung sejak dinasti Sanjaya, kemudian di Kerajaan Airlangga, Kediri, Singosari, terakhir di Mataram Yogyakarta dan Jawa Tengah. Maknanya adalah tekad untuk berbakti bagi "Mataram", Ibu Pertiwi.
Di Kompleks One Earth, Duta Besar Pakistan pernah meresmikan sebuah mushola. Uniknya mushola
yang bernama Shah Abdul Latif tersebut ditandatangani oleh wakil dari NU dan Muhamadiyah, dua aliran Islam yang hingga detik ini relatif belum bisa akur. Masih ditambah bubuhan tanda tangan dari wakil Katholik, Kristen, Buddhis dan Hindu. Sungguh sebuah langkah konkrit untuk merevitalisasi semboyan "Bhinekka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa" yang ditulis oleh Mpu Tantular.
dalam Kakawin Sutasoma pada abad ke 13.
Acara malam itu juga dimeriahkan oleh role play dari Torchbeaers (Muda-mudi Pembawa Obor Kasih). Mengisahkan tentang konspirasi pembunuhan Dyah Ayu Pitaloka, putri ayu dari Kerajaan Pajajaran. Ada segelintir orang yang tak mau Nusantara bersatu, untuk konteks saat itu adalah persatuan secara politis, ekonomis dan kultural antara 2 kerajaan besar: Majapahit dan Pajajaran.
Ironisnya, pola semacam inipun masih terjadi hingga kini. Namun yang namanya integrasi, persatuan, dan Kebangkitan Bumi Nusantara adalah suatu keniscayaan. Tugas setiap anak bangsa untuk mewariskan Indonesia yang damai, utuh dan rukun bagi generasi penerus Republik ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI