Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Orang Sinting

10 Mei 2014   16:18 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:39 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13996882951677598000

Dimuat di SLiLiT Arena edisi April 2014 1. Sajak Dagang Kamu panggil aku karena aku jualan barang apa urusanmu? kamu mau tahu barang yang kujual? mau kamu beli juga? Aku buka warung aku jualan teh, kopi, mi instan apa urusanmu? Mau makan dan minum? aku layani sepenuh hati pokoknya kamu bayar aku terima Kenapa pula aku tanya asal-usul uangmu? hasil korupsikah? Uang dari mana pun itu bukan urusanku urusanku kamu beli yang aku jual jangan lupa bayar Kenapa pula aku sampai dipanggil-panggil yang berwenang? bayaranmu padaku semua turut disita pula Kalau terus seperti itu urusan di negeri ini siapa yang mau dagang lagi? Kamu yang sedang baca sajak ini jangan senyum-senyum dan malah senang begitu daganganku ini usaha paling tua Anak, istri, dan keluargaku aman tidak pernah diganggu maka harus ada warung seperti warungku ini memangnya salah? Kalau ada orang korupsi, ya tangkap saja dia apa urusannya denganku? Apa urusannya dengan uang yang sudah dia bayar kepadaku untuk barang dagangan yang sudah kuserahkan padanya Kenapa setelah kamu seret dia, aku juga diseret-seret segala? Apa karena aku melayani koruptor? Bukankah banyak juga di tempat-tempat ibadah? sita juga sumbangan-sumbangan mereka di sana berani? 2. Sajak Kambing Korban Kau memberiku makan, rumah, uang, dan kedudukan amboi aku merasa girang bukan main senangnya Tapi akhirnya baru kutahu kau telah jadikan aku kambing korban Kau menggemukkan diriku bukan karena kau menyayangiku Kau menggemukkanku untuk keuntunganmu sendiri supaya aku jadi paling gemuk Sekarang aku baru tahu tega-teganya kau wahai manusia! Hukum dan segala peraturan pun kau buat semata untuk membenarkan penyembelihanku Sungguh kejam kau wahai manusia… apa salahku sehingga kau sembelih? Aku kambing di pinggir jalan aku juga pejabat di pusat pemerintahan Aku berada di mana-mana Di mana saja selama masih ada manusia jahanam 3. Sajak Cuci Uang Koruptor dikenai pasal cuci uang? jujur aku bingung kenapa korupsi tidak disebut korupsi saja Seenaknya kalian memasuki rumah mereka menggeledah dan menyita baju mereka, barang-barang mereka Kenapa kalian tidak berani ke tempat-tempat ibadah juga yang jatah mereka lebih dari yang diperoleh koruptor Aku bingung kenapa dianggap bersekongkol dan dipersalahkan? bagaimana dengan para ahli kitab di tempat-tempat ibadah yang notabene tidak menjual apa-apa tapi tetap dapat jatah! Aku masih berdagang barang Sedangkan mereka hanya berjualan harapan Aku sungguh bingung kenapa mereka tak tersentuh dan kenapa aku yang justru dicari-cari dan jadi buronan terus? Aku sungguh bingung, bingung, bingung… 4. Sajak S3: Sumpah Seekor Sapi Kamu pikir dengan menyembelihku perkara selesai tidak, tidak semudah itu Saat penjagal-penjagalmu memisahkan kepala dari badanku segala kebangsatanmu pun tampak jelas di depan mata dan terekam oleh jiwaku Mereka yang sekarang membuatmu pusing tujuh keliling dan tak bisa tidur malam adalah roh sapi-sapi gentayangan yang kamu sembelih mereka datang untuk balas dendam Silakan memerah tetek susu kami, monggo silakan ambil semua susu kami, kami rela Tapi kalau kami disembelih bagaimana kalau suatu saat kami berkuasa dan kami ganti menyembelih kalian semua? Cukup sudah kamu perdagangkan bangsaku, rasku, keluargaku, wahai bangsa manusia! sekarang giliran kalian mesti membayar utang aku datang untuk menyelesaikan utang – piutangmu Akhirat masih lama kamu mesti bayar sekarang juga Ayo kuantar kamu ke rumah-rumah tempat penjagalan manusia-manusia seperti kamu! 5. Sajak Pangeran Bangun pagi itu kerja petani aku pangeran putra petinggi Untuk apa bangun pagi-pagi? aku tidak perlu ke ladang untuk bertani Mohon komisi itu kerja makelar aku pangeran, bukan makelar Money laundering? Kenapa harus dicuci? walau kotor, haram toh uang tetap uang kutelan mentah-mentah, enak juga kok rasanya Kalau dicuci bisa susut, untuk apa? anak bisa haram, istri juga bisa tapi uang, tak ada uang haram dengan uang akan kupertahankan kerajaan ayahku bahkan mengembangkannya! Dengan uang akan kubuat singgasana yang berukuran pas untuk pantatku Ingat aku pangeran, anak raja aku pengganti ayahku, raja kalian Kubuka diriku bagi kalian yang mau memasukiku aku selalu terbuka! 6. Sajak Revolusi Dulu aku gembong becak sekarang tidak aku jadi pengurus beberapa gembong sudah naik pangkat Dulu aku gembong becak tapi kini aku tidak lagi mau jadi oncom Pengalamanku banyak sekali semua karena kegembonganku Dulu paling banyak terjadi kecelakaan itu prestasi yang luar biasa Pasalnya bagiku orang-orang yang tak mampu adalah makhluk lemah tidak berguna bagi bangsa tak bermanfaat untuk negara Terlebih rakyat semua berotak tempe ditambah lemah lagi apa mau jadi tempe mereka Dulu aku gembong becak kecelakaan-kecelakaan itu justru untuk menyelamatkan agar bangsa tempe tetap jadi tempe tidak jadi oncom Tempe masih sehat oncom bisa buat sakit perut Orang-orang yang mati dalam kecelakaan itu sudah hampir jadi oncom jadi ya biarlah semua terjadi seleksi alam namanya supaya tempe tidak berubah jadi oncom Dulu aku gembong becak jadi masih banyak kenalan tukang-tukang becak sejati Anakku pernah ditabrak becak eh malah orang lemah itu melapor kok cepat melapor ya? Seperti kecoa saja Bukan, bukan kecoa karena kalau kecoa itu seperti politisi mereka tidak pernah mati abadi Kelak di sajak lain kapan-kapan akan aku ceritakan hubungan kecoa dan politisi Jadi untung juga ya dulu aku gembong becak sehingga masih banyak kenalan Tapi tetap saja lebih untung sekarang aku mengurusi beberapa gembong tinggal kutelpon mereka salah seorang langsung membereskan Satu orang mati untuk mengurusi anakku, pangeranku “no problem” itu kata toke-toke yang kuhubungi semuanya beres dalam sekejap mata Berkat kegembonganku dulu pangeranku selamat Ya bagaimana tidak selamat? keluarga  yang tak mampu itu dapat uang mereka malah berterimakasih jadi mau apa lagi? Orang lemah, tak berguna mereka tak mampu tak pernah memberi keuntungan untuk apa mereka hidup? Inilah baiknya hidup di alam demokrasi. peraturan dan undang-undang berjaya! berjaya  karena bisa diubah-ubah diatur, disulap, diapa-apakan saja oleh para toke-toke! Dulu aku gembong becak sebelumnya hanya tukang becak Bagiku perjalanan hidup ini layaknya rambutku tak beruban begitu saja Semua jalan ini pernah kulewati sekarang aku tahu cara-cara jitu untuk memanipulasi apa saja Manipulasi itulah caraku bagi politisi kegembongan seperti diriku ini Dulu aku gembong becak… [caption id="attachment_306610" align="alignleft" width="300" caption="Sumber Foto dari Ki Aris Hasyim"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun