Dalam blusukan mendadak (bludak) yang dilakukan presiden Jokowi tanggal 1 April lagi ini kesebuah RS Umum Pusat di daerah Jawa. Terungkap beberapa fakta mengejutkan. Ternyata pasien BPJS sudah mulai mengantri sejak jam 2 pagi. Ketika managemen ditanyakan kenapa antriannya bisa sepanjang ini mereka mengatakan hal tersebut terjadi karena karena jumlah pasien yang bisa ditangani dalam seharinya sudah terlalu banyak sehingga jika datangnya terlalu siang, pasien tidak kebagian nomer antrian.
Bapak presiden kemudian mampir ke bagian mengklaiman BPJS dan mengecek apa saja yang kemudian ditagihkan ke BPJS. Ternyata pasien banyak yang datang untuk keperluan pemeriksaan penunjang hingga berulang-ulang. "Kenapa hal ini bisa terjadi?!?" Ujarnya geram. "Kenapa pasien harus datang berkali-kali untuk periksa ini itu. Kenapa tidak disekaliguskan??" Petugas di bagian tersebut terdiam. Hingga akhirnya seorang dokter nyeletuk "karena klaim untuk kunjungan rawat jalan sangat terbatas Pak Presiden, kalau hal itu dilakukan, RS terpaksa harus nombok besar, jadi terpaksa pemeriksaannya dipisah sesuai jumlah klaim yang bisa diajukan saat rajal".
Pak Presiden kemudian masuk ke IGD. IGD saat itu penuh, ramai bagaikan pasar. "Bapak sudah berapa lama disini?" Ujarnya ke seorang pasien yang tampak lusuh. "Sudah 2 hari pak." Pak Presiden tampak geram. "Kenapa pasien ini belum masuk ruangan saja? Kan kasian berhari-hari dirawat IGD, makanan ngga dapat, mandi juga ngga?!" - "Maaf pak Presiden tapi ruangan kami penuh semua." ujar seorang perawat.
Pak presiden akhirnya keliling tiap ruangan, mengecek apa memang ada ruangan yang tersedia atau tidak. Ternyata memang semua ruangan terisi penuh. Disebuah ruangan pak Presiden melongok kedalam, tampak ada seorang pasien yang sedang tertawa-tawa dengan keluargnya, pasiennya tidak tampak sakit. Pak Presiden kemudian bertanya: "Pasien ini dirawat dengan BPJS?" Perawat mengecek status pasien dan berkata iya. Masuklah beliau ke kamar perawatan tersebut. "Selamat pagi bu, maaf diganggu. Bagaimana bu perawatannya di RS ini, apa memuaskan?" - "Cukup puas pak Jokowi, walau saya harus antri berhari-hari untuk dapat giliran rawat". "Kenapa ibu harus dirawat?" Tanya pak Presiden. "Karena saya harus menjalani pemeriksaan CT Scan Aorta pak Jokowi". "Berapa lama prosesnya?" "Sebentar sih pak, tidak sampai sejam." "Nah loh, kalau cuma sebentar kenapa pasien ini harus dirawat?" Tanya pak presiden ke dokter yang bertugas di ruangan tersebut. Dokternya terdiam sesaat hingga akhirnya berkata "Ini kebijakan RS pak Presiden, dalam tarif InaCBGs pemeriksaan CT-Scan lain-lain hanya ditanggung sekitar 600 ribu, sementara biaya pemeriksaanya di RS ini sekitar 3 juta, jadinya kalau mau diperiksa pasien terpaksa harus dirawatkan."
Pak presiden kemudian mengunjungi fasilitas rawat intensif yang juga penuh. Direktur RS akhirnya bisa mendampiringi beliau. "Maaf pak Presiden saya tidak dikabari bapak akan datang, jadinya saya tidak ada persiapan, tadi datang malah kesulitan cari parkir". "Tidak apa-apa, saya memang sengaja blusukan mendadak sehingga saya bisa tahu lebih jelas situasi di lapangan seperti apa". Direktur kemudian menjelaskan fasilitas yang dimiliki oleh RS: "RS ini merupakan satu-satunya RS di Jawa Barat yang bisa melakukan Primary PCI, tindakan live saving yang harus dikerjakan secepat-cepatnya pada penderita serangan jantung pak. Semakin cepat dikerjakan semakin baik hasilnya." "Seberapa cepat?" tanya pak Presiden. "Kurang dari 12 jam pak".
Pak Presiden kemudian mampir ke salah satu pasien yang mengalami serangan jantung. "Bagaimana kabarnya pak, ada keluhan?". Pasien: "Tidak ada pak, sudah baikan, sudah tidak nyeri dada lagi."
Presiden: "Bapak datang datang dari mana?"
Pasien: "Dari Cirebon pak"
Presiden: "Jauh juga ya pak, kenapa bapak dirujuk kesini?
Pasien: "Karena harus menjalani primary PCI pak, di sana belum bisa"
Presiden: "Berapa lama diperjalanan pak?"
Pasien: "2 jam pak, bisa cepat karena sudah ada tol Palikanci"
Presiden: "Alhamdullilah, dengan adanya tol bapak bisa tertolong, jadi tindakannya bisa dikerjakan tepat waktu ya pak?"
Pasien: "Tidak juga pak, saya disana begitu nyeri dada langsung ke RS, ditangani dulu sekitar 2 jam disana sebelum dirujuk, 2 jam diperjalanan. Sampai kesini sudah berlalu 5 jam. Tapi karena tidak ada ruangan ICU yang tersedia, tindakan baru dikerjakan 15 jam kemudian".
.... (Situasi menjadi canggung dan Pak Presiden dan Direktur terdiam).
"Baiklah pak terimakasih atas waktunya, semoga bapak cepat sembuh seperti sedia kala." Ujar pak Presiden.
Keluar dari ruangan, pak Presiden memanggil dokter residen yang menangani pasien tersebut (tanpa dibayar). "Bagaimana keadaan pasien tadi?"
Resident: "Pasien mengalami gagal jantung dan gangguan irama, kita sedang coba atasi."
Presiden: "Apa karena tindakannya telat?"
Residen: "Kemungkinan besar seperti itu".
Presiden: "Apa yang bisa kita lakukan sehingga hal ini tidak terulang lagi?"
Residen: "Ruangan ICU dan cart lab harus disediakan lebih banyak lagi di daerah sehingga mereka tidak banyak merujuk pasien jauh-jauh ke sini Pak, tapi sepertinya itu mustahil."
Presiden: "Mustahil kenapa?"
Residen: "Karena sekarang tarif InaCBGs banyak yang terlalu rendah, apalagi untuk perawatan ICU dan tindakan kateterisasi di RS kelas C/D. Jadi fasilitasnya mustahil bisa tersedia di daerah. Akibatnya semua dirujuk ke Bandung."
Presiden: "Oh seperti itu ternyata masalahnya, terimakasih atas masukannya".
Sesudah acara blusukan selesai pak Presiden kemudian mengadakan acara konfrensi pers dan berkata "Setelah mengunjungi RS ini dan bicara langsung dengan pasien dan dokter yang menangani kini saya lebih memahami masalah yang ada di lapangan terkait JKN. Saya merasa ada masalah yang tidak tersampaikan ke saya terkait JKN ini, seakan segala sesuatunya berjalan baik-baik saja saat ternyata pelaksanannya masih kacau balau. Untuk itu saya minta maaf. Layanan kesehatan yang baik merupakan salah satu kunci suksesnya pembangunan bangsa, karena itu saya akan berusaha secepatnya melakukan pembenahan. Saya akan kumpulkan pihak-pihak terkait dan mereformasi sistem kesehatan Indonesia agar setiap warga negara di negeri ini bisa mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan yang baik."
Mendengarkan berita yang disiarkan langsung di televisi nasional, pasien-pasien di IGD yang menderita berhari-hari lamanya menunggu giliran rawat tersenyum dan menangis haru. Mereka menaruh harapan besar agar sistem kesehatan di negeri ini bisa lebih baik lagi.
Sumber: kiriman 1 April dari Dr. Erta Priadi Wirawijaya, Sp.JP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H