Mohon tunggu...
Nugroho Widiyanto
Nugroho Widiyanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Ikut berjuang untuk Indonesia yang taat hukum, adil, plural dan sejahtera twitter:@nugroho1971

Selanjutnya

Tutup

Politik

Laporan hasil survey pilkada: INES vs lembaga survei mapan

18 September 2012   16:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:16 1462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada artikel saya sebelumnya #mce_temp_url# saya menantang lembaga survei untuk mengeluarkan hasil survey untuk pilkada setelah "tiarap" karena dipermalukan oleh para pemilih di putaran pertama. Secara kebetulan sehari setelah artikel saya muncul, INES dengan berani memperkirakan bahwa JokoWi-Basuki akan menang telak 72%. Setelah kemunculan hasil survey INES-lah, para pollster segera mengumumkan hasil mereka secara berturut-turut bahkan sampai melewati batas waktu keramat yaitu masa tenang.

Bagi saya, putaran kedua ini kembali pertempuran antara INES melawan lembaga survei yang mapan. Pada putaran pertama, INES adalah satu-satunya yang memprediksi bahwa pilkada akan terjadi dua putaran dan JB akan menang dalam  putaran pertama sedangkan lembaga survei yang lain menyatakan bahwa FN yang akan menang bahkan menang dalam satu putaran dengan perolehan JB yang berkisar di 15%.

Aktivis vs Akademisi

INES (Indonesia Network Election Survey) didirikan oleh Haris Rusli dan dipimpin oleh Gatot Triyono, MBA. #mce_temp_url# Mereka bukanlah orang dengan latar belakang akademis tetapi aktivis. Haris Rusli Moti dikenal sebagai ketua petisi 28 yang sangat kritis pada pemerintahan SBY. Sang aktivis ini pernah berdarah-darah dihajar aparat saat demo. Kalau ingin melihat sepak terjang petisi 28 selama ini, silakan lihat disini #mce_temp_url#

Disisi lain, lembaga survei yang mapan digawangi oleh para (mantan?) akademisi. Kemunculan pollster di Indonesia dimulai dari Lembaga Survei Indonesia yang didirikan oleh para akademisi keluaran Ohio State University (bangga sedikit karena kebanyakan senior saya ;)). Ada tiga nama penting diawal pendiriannya yang dikemudian hari mereka berpisah untuk membentuk lembaga sendiri yaitu Saiful Mudjani (masih di LSI tetapi membuka lembaga tersendiri: Saiful Mudjani Research and Consulting/SMRC),  Deni JA (mendirikan LSI/Lingkaran Survei Indonesia...karena singkatannya sama, sampai sekarang banyak orang yang tidak bisa membedakan kedua...termasuk di kompasiana, ada beberapa tulisan yang membuat analisa ngawur karena tidak bisa membedakan keduanya) dan M.Qodari (yang sekarang mendirikan Indobarometer). Pada tabel saya dibawah ini, keempat lembaga tersebut saya tempatkan diatas karena mereka relatif satu perguruan. Kempat lembaga inilah yang selama ini menjadi rujukan di media massa, terutama di TV sehingga mereka memang sangat established.

SSSG adalah kekuatan yang menarik karena digawangi oleh seorang aktivis sekelas Fajroel Rahman sehingga secara entitas mirip dengan INES walaupun jauh lebih mapan dalam dukungan dana.

Tegas vs Malu-malu untuk mencari aman

Kalau kita melihat hasil survei untuk memprediksi hasil putaran kedua, kembali ada perbedaan yang cukup menyolok antara INES dan lembaga survei yang lain.

Lembaga

FN

JB

undecided

Margin error

LSI (lingkaran)

45,1 %

44,2 %

10.7 %

4.8 %

LSI (lembaga)

44,7 %

45,6 %

9.7 %

5%

SMRS

44.2 %

45,6 %

10.2%

4.6 %

Indobarometer

37.53 %

45.13 %

27.34 %

SSSG

29,47%

36,74%

34.19 %

3 %

Puskaptis

44,90

47,56

7,54 %

2.8%

INES

27,52%

72,48%

0

2.5%

INES satu-satunya lembaga survei yang secara tegas menyatakan bahwa JB akan menang dengan telak. Lembaga survei yang lain menyatakan bahwa persaingan sangat ketat sehingga tidak bisa diprediksi siapa yang menjadi pemenangnya.

Bagi saya lembaga pollster masih trauma dengan kesalahan prediksi mereka pada putaran pertama sehingga kebanyakan mencari 'aman' dalam prediksinya. Cara mencari aman ini tampak sekali pada undecided voters (saya satukan untuk jawaban: masih belum ada pilihan, tidak tahu dan akan golput) yang masih sangat tinggi (bahkan di SSSG, jumlah mereka melebihi pemilih FN..;)) sehingga bisa kembali membuat justifikasi terhadap anomali pemilih. Cara aman yang kedua adalah dengan membuat magin error yang tinggi (sekitar 5 %) sehingga perubahan yang besarpun atas hasil akhir (sebagian besar meramalkan JB menang tipis) masih bisa dicover.

Ujian atas prediksi

Tanggal 20 September 2012 adalah saat ujian kembali bagi semua lembaga survei terutama yang sudah mapan apakah mereka memang mencari aman ataukah prediksi mereka memang tidak tepat. Apabila JB memang dengan telak seperti yang diprediksikan INES, lembaga survei akan kembali dipermalukan oleh sebuah lembaga yang 'hanya' digawangi para aktivis! Apabila JB atau FN menang tipis, lembaga survei akan mendapat legitimasi akan keakuratan prediksinya. Mereka bisa kembali meraih kepercayaan publik bahwa ilmu yang mereka dapatkan di luar negri benar-benar bisa bermanfaat bagi masyarakat. Disisi lain, INES akan dianggap sebagai lembaga yang punya hidden agenda untuk tujuan politiknya.

Siapa yang benar?   Mari kita saksikan bersama....apapun hasilnya: kita satu bangsa...bangsa yang besar...biarlah siapapun yang memimpin, terpilih dengan proses yang demokratis dan tetap kita dukung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun