Mohon tunggu...
D. Nugroho Kusuma
D. Nugroho Kusuma Mohon Tunggu... -

Selalulah berbagi dengan sesamamu, termasuk ide dan pikiran-pikiranmu, dan ketika akhirnya kamu menemukan banyak perbedaan dalam cara berfikir dan ide, maka bersyukurlah karena itulah dunia, sangat beragam, terajut indah oleh warna-warni yang saling melengkapi dalam harmoni sebagai sesama, peace........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dialog Seorang Anak dengan Bapaknya yang Kawin lagi

10 Januari 2011   17:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:44 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seorang anak yang telah lama merantau di negeri seberang pulang kembali ke kampung halamannya. Di suatu sore yang berangin, sang anak berjalan berdua dengan bapaknya, dan terjadilah dialog sebagai berikut :


Anak :

Pak....., sy dengar bapak kawin lagi dengan perempuan kampung sebelah ?

Bapak :

Bener nak, maaf bapak belum sempet kasih tahu.


Anak :

Nggak apa-apa pak, tapi Kenapa bapak mesti kawin lagi

Bapak :

Iya nak, agama kita memperbolehkan, halal koq, daripada bapak berzina


Anak :

Untuk supaya tidak berzina apakah seorang laki-laki memang harus kawin lagi pak?

Bapak :

Ya bukan hanya itu nak, yang bapak kawinin seorang janda beranak 3, kasihan mereka butuh perlindungan bapak


Anak :

Ya tapi kenapa harus bapak, bapak khan bukan satu-satunya laki-laki di bumi ini, dan bapak masih punya ibu....

Bapak :

.............. (Sang bapak berfikir), ya ini mungkin sudah menjadi jalan hidup bapak nak, tapi yang penting bapak bisa adil dengan ibumu dan ibu tirimu


Anak :

Adil...????, tapi kenapa skrg bapak malah mau menceraikan ibu, adilkah itu pak ????

Bapak :

................. (Sang bapak kembali terdiam, berfikir keras untuk menjawab) kalau itu, sebetulnya ibumu yang meminta untuk bercerai......


Anak :

.........(sambil menundukkan wajah, sang anak terdiam sesaat), Ketika ibu meminta diceraikan, saat itulah bapak telah gagal berbuat adil

Bapak :

................ (Sang bapak tercekat) jgnlah engkau hakimi bapak seperti ini nak......, bapak hanya manusia biasa.....


Anak :

Maaf pak, saya bukan sedang menghakimi bapak, saya hanya tidak bisa mengerti kenapa sikap dan keputusan bapak sangat berbeda dengan yang pernah bapak ajarkan kepada saya.

Bapak :

................ (Sang bapak bener-bener terdiam),


Anak :

............, Sebetulnya berpoligami itu kewajiban atau pilihan sih pak ?

Bapak :

Itu pilihan nak, pilihan yang dihalalkan, dengan kunci "mampu berbuat adil"


Anak :

Kalau itu pilihan, mana yang akan bapak pilih, kawin lagi atau tidak menyakiti hati ibu, kawin lagi atau menghargai pengorbanan dan perjuangan ibu selama ini untuk mendampingi bapak hingga bapak jadi sesukses ini dan membesarkan saya dan adik-adik, kawin lagi atau tidak meninggalkan ibu dengan air mata dan kepiluan yang merajam hanya karena begitu mencintai bapak ?, kawin lagi atau membuang jauh-jauh ketertarikan bapak sebagai laki-laki kepada perempuan itu ?????

Bapak :

.........(sang bapak tergagap dan terdiam oleh berondongan pertanyaan sang anak)


Anak :

bisa bapak jelaskan kepada saya, yang mana sebetulnya menjadi hakekat moral yang sejati, pilihan kawin lagi atau tetap menghargai dan mencintai keluarga dan tidak menzolimi ibu, saya dan adik-adik ?????????


Untuk pertanyaan yang terakhir ini sang bapak benar-benar tidak bisa menjawab lagi, hanya diam beribu basa. Demikian juga sang anak, semakin galau dengan kebisuan, tidak mengerti dan kebingungan dengan moral yang pernah diajarkan oleh bapaknya dulu.


Semoga Allah SWT selalu memberikan terang kebenaran hakiki dan kesabaran kepada mereka berdua, amien

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun