Mohon tunggu...
D. Nugroho Kusuma
D. Nugroho Kusuma Mohon Tunggu... -

Selalulah berbagi dengan sesamamu, termasuk ide dan pikiran-pikiranmu, dan ketika akhirnya kamu menemukan banyak perbedaan dalam cara berfikir dan ide, maka bersyukurlah karena itulah dunia, sangat beragam, terajut indah oleh warna-warni yang saling melengkapi dalam harmoni sebagai sesama, peace........

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Selarik Asa di atas Ikhlas untuk Anakku

12 Oktober 2010   19:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:28 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serasa baru menjelang senja, ketika bahagia meluap memenuhi seluruh aliran darah di sekujur tubuh papa, saat pertama kali papa kumandangkan azan di telingamu, papa benar-benar hanyut dalam aliran harap dan asa. Begitu banyak cita yg papa gantungkan di pucuk langit ketika engkau lahir nak.........., sebuah cita yang akhirnya runtuh dan tenggelam dalam kubangan air mata dan kepedihan. Saat itu....., langit serasa benar-benar runtuh nak, ketika Allah menciptakan engkau dengan "keistimewaan", ya...., engkau memang istimewa nak, karena engkau adalah "utusan" yang akan selalu mengajari papa untuk selalu sabar dan ikhlas seumur hidup papa. Tapi..., janganlah engkau bersedih anakku ketika engkau diciptakan dengan "istimewa", Janganlah engkau menangis anakku ketika dunia berpaling darimu, Karena ini hanya dunia anakku, hanya sekepal dunia, tak lebih, dunia yang buta dengan istimewamu, sekejap dunia yg hanya berilmu fana. Bersabarlah anakku, karena sejatinya Allah telah menyiapkan terang keabadian untukmu kelak, keabadian yg terajut oleh kesempurnaan, segala kesempurnaan yg dulu tak pernah engkau rasakan karena istimewamu. Dan di ujung malam ini, papa bermunajad anakku, semoga Allah mengijinkan kita berkumpul di "sana" kelak, agar kerinduan papa untuk mendengar sepatah kata darimu bisa terbayar, sepatah kata yang memanggil "papa".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun