Mohon tunggu...
Rahmat Nugraha
Rahmat Nugraha Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Keep Learning and Struggling | MantanMahasiswa | www.rahmatnugraha.net | contact : email@rahmatnugraha.net

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ingat Kebaikannya, dan Lupakan Kebaikanku

14 April 2012   15:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:36 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejatinya manusia memang membutuhkan orang lain dalam hidupnya (masih inget banget ini pelajaran pertama kali SD kelas 5, ketika pertama kali belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, dan ngebahas bahwa manusia adalah makhluk sosial..hehe). Nah, namun ada satu hal pola hidup kita saat ini yang menurut saya kurang baik. pemahaman gaya barat yang sering kita tiru salah satunya oportunis cendrung tertanam pada diri kita lho. oportunis itu berarti "tatkala ketika melakukan sesuatu, sering kita itu berharap akan dapat sesuatu".

Terlebih lagi jika melihat buku ekonomi gaya barat yang jadi acuan beberapa lembaga pendidikan di Indonesia dan dari mulai pendidikan dasar kita telah dijadikan acuan, seolah olah kita dihadapkan pada pemahaman bahwa kita digiring dalam sebuah pemikiran untuk melakukan tindakan kita dan amal kita dengan tujuan mendapatkan timbal balik secara langsung siapa lagi kalau bukan teman/orang/subjek yang kita bantu. padahal hakikatnya manusia kan seharusnya memang saling bantu membantu bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya (merasa teringatkan lagi saya sudah ngasih kemanfaatan apa ya buat orang lain??).

Menghilangkan Oportunis

Mungkin menurut saya banyak kejadian-kejadian yang melanda bangsa saya (yang kaya) akhir-akhir ini tidak lain dan tidak bukan adalah karena adanya sikap oportunis ini. baik itu di lembaga -lembaga pemerintahan, masyarakat, atau bahkan kita, dan saya. Kenapa bisa? jawabannya adalah, bisa saja terjadi tatkala kita bertindak dan melakukan sesuatu itu cendrung karena mengharapkan sesuatu (timbal balik) dari subyek yang kita tolong.  dan bisa jadi juga kita malah keseringan mengingat ingat kebaikan kita sehingga mengakumulasikan harapan timbal balik dari orang lain (padahal harusnya kita lupakan hasil kebaikan itu dan melakukan kebaikan lain, serta mengingat-ingat kebaikan orang agar unsur hati kita semakin peka kepada setiap orang).

Dari sini, sebenarnya sederhana sekali agar kita bisa bersama-sama untuk saling membantu dan menghilangkan rasa oportunis dalam diri kita, coba deh (termasuk saya pribadi) yuk kita sama-sama melatih hati kita dan perilaku kita untuk saling membantu dan menebarkan kebaikan kepada satu sama lain, apalagi kalau bukan dengan berusaha untuk beramal dengan cara "Ingat Kebaikannya, dan Lupakan Kebaikanku". semoga dengan cara ini, perlahan bangsa kita juga semakin menjadi bangsa yang optimis (harapan saya banget nih, gak perlu pesimis lah ya Indonesia toh kita bangsa yang kaya). Dan semestinya udah gak jaman lagi deh kita ngebahas permasalahan yang melahirkan pesimistis bangsa kita, bukan kah itu hanyalah masalah, masalah itu bukan untuk dibahas tapi untuk diselesaikan hehe. harusnya kita ngebahas visi bangsa kita dong dan bersama-sama mengikat kuat masyarakatnya untuk bersama-sama mewujudkannya). Bisa kan optimis, tatkala memang rakyatnya bersama-sama berbagi kebaikan hehe, jadi semakin "Baik" deh Indonesia hehe

Semoga tulisan ini juga jadi pengingat diri saya, yang kadang memang masih belum bisa mengingat-ingat kebaikan orang disekeliling saya :) #Mohon Maaf  yak buat teman-teman yang masih kadang saya lupakan kebaikannya

*Dikamar 3x4 diiringi backsound rintikan hujan

Bogor, 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun