Pagi datang,
kuhaturkan salam untuk Indonesiaku pagi ini
"Apa Kabar Indonesiaku?,
Bagaimana Atmosfermu hari ini?
masihkah dihiasi gas gas kebohongan dan debu-debu kemunafikan?"
Bagaimana mataharimu detik ini?
masihkan dipenuhi dialektika-dialektika bodoh dan rasa ketidakacuhan?
Bagaimana juga dengan jantungmu akhir ini?
masihkah di kunjungi flek-flek nepotisme dengan ketebalan berlapis-lapis?
Tentang Hatimu, Bagaimanakah kondisinya?
apakah tancapan racun-racun ideologis dan parasit moral tetap tertancap kukuh disana?
Sekelumit pertanyaan setiap kali kubuka mata menyambut Indonesiaku hari ini.
Prihatin, dari kedalaman lubuk hati,
mendambakan arti sebenarnya sebuah negeri
buka kembali sejarah! lembar hitam yang kumal penuh debu,
mengingatkan panjajahan nilai-nilai, paradigma, sistem sosial
mengawali lahirnya negeri ini dengan dominan ke-barat-an yang didesakkan
psikologis moral domestik yang dirasakan negeri ini
"Si Jamrud Khatulistiwa lenyap tak berbekas kah?"
Sentuhan Kekuasaan dan Prestise
lingkup aparat birokrasi pemegang kebijakan
menggaramkan kehidupan negara
ketika faktor etika tampil sebagai penguasa yang sebenarnya
seketika, kecupan hangat doktrin-doktrin
menyentuh jiwa merambat moral bangsa
budaya barat merobek kesucian bunda pertiwi
anak-anak bangsa kehilangan siapa dia sebenarnya
pemikir, cendrung bermetaformosis hedonis
Kemanusiaan, manusiawi terkoyak, menganak cucu
harus dimulai, perbaikan citra "Ibunda"
hampir lenyap dimuka tetangga
jawaban bangsa
cipratkan sebanyak-banyaknya minyak wangi negeri
dengan kecupan hangat moral
demi Indonesia, kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H