Mohon tunggu...
Arindha86
Arindha86 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tasawuf dan Modernisasi: Problematika serta Solusi untuk Masyarakat Modern

15 Oktober 2024   16:51 Diperbarui: 15 Oktober 2024   16:57 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Modernisasi diartikan sebagai kemajuan teknologi, pertumbuhan ekonomi masyarakat yang pesat, dan gaya hidup materialistis yang selama ini belum sepenuhnya dipahami. Dengan kata lain, modernisasi tidak serta merta membuat masyarakat menjadi puas dan merasa nyaman. Sebagian orang beranggapan bahwa islam dan modernisme tidak tepat untuk di sandingkan, menurut mereka modernisme adalah jalan utama dari bid'ad dan bid'ah adalah virus dari agama.

Teknologi modern telah membagi manusia ke dalam dua kategori: mereka yang dapat menggunakannya untuk keuntungan mereka (positif) dan orang lain yang dapat membahayakan mereka (negatif). Efek positif hanya akan melemahkannya. Penyediaan informasi yang tersedia memberi manusia untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan baru dan meningkatkan produksi. Sebaliknya, efek negatif dari teknologi akan muncul dengan sendirinya jika berada di tengah-tengah orang-orang yang tidak memiliki kestabilan mental dan keyakinan agama. Mereka dapat memanfaatkan teknologi untuk mencapai tujuan-tujuan yang merusak dan mengancam jiwa.

Menurut Nasr, masyarakat modern barat menikmati dan mengeksploitasi alam demi kepuasannnya tanpa memiliki rasa tanggung jawab terhadap alam. Nashr melihat bahwa kondisi manusia modern sekarang ini mengabaikan kebutuhan spiritual, sehingga mereka tidak menemukan ketenangan batin dan tidak memiliki keseimbangan dalam diri. Hal ini akan semakin parah jika tekanan pada kebutuhan materi terus meningkat, menyebabkan keseimbangan semakin terganggu. Oleh karena itu, Nashr berpendapat bahwa manusia memerlukan agama untuk mengatasi krisis yang mereka hadapi.

Di tinjau dari sikap kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi, muncul probematika masyarkat modern di antaranya:

  • Disintegrasi Pengetahuan. Banyak ilmu pengetahuan yang tidak memiliki tali pengikat seingga sehinga tidak terdapat petunjuk jalan. Masing-masing ilmu pengetahuan memiliki paradigma (cara pandang)nya sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
  • Kepribadian Ganda (Kepribadian Terpecah). Karena kehidupan manusia modern dibentuk oleh pengetahuan yang semakin tidak berlandaskan pada prinsip-prinsip spiritual. maka orang orang menjadi pribadi yang terpecah. Sehingga telah hilang kerohanian dari pribadi sesorang karena jauh dari ajaran agama.
  • Penyalahgunaan Iptek. Akibat dari terlepasnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dari ikatan spiritual, sehingga Iptek disalah gunakan dengan kegiatan yang negatif. Fenomena ini bisa disebut sebagai senjata yang diarahkan untuk menjajah suatu bangs aitu sendiri.
  • Menghalalkan segala cara. Sebagai akibat jauhnya dari iman dan pola hidup materialistik, maka manusia menggunakannya dengan prinsip menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan mereka.
  • Stres dan Frustasi. Kehidupan modern mengharuskan manusia mengerahkan seluruh tanga, pikiran dan kemampuannya. Manusia mengerahkan itu semua untuk terus bekerja tanpa mengenal kemampuan dan batas. Sehingga apabila terdapat hal yang sulit di pecahkan mereka akan stress dan frustasi.
  • Kehilangan harga diri dan masa depan. Orang orang menghabiskan masa mudanya dengan haya memikirkan hawa nafsu dan menghalalkan segala cara. Tetapi Ketika waktu tiba (saat tua), segala tenaga, fisik, fasilitas serta kemewahan hidup mereka sudah tidak dapat dilakukan. mereka merasa kehilangan harga diri dan masa depannya.

Tokoh tasawuf di Indonesia, seperti M. Amin Syukur berpendapat bahwa pada mulanya tasawuf bersifat pasif dan lebih menekankan pada dimensi filosofis. Tanggung jawab tasauwuf di era sekarang dituntut harus aktif dalam memecahkan semua problem kehidupan modern ini. Seperti kehampaan spiritual, degredasi moral, pluralisme dan lainnya.

Menurut Amin Syukur,  tanggung jawab tasawuf era modern dapat diwujudkan dalam berbagai bidang. Pertama tanggung jawab spiritual, orang yang mengerti atas tanggung jawab ini akan menyadari jika rasionalitas manusia tidak sepenuhnya dapat memecahkan persoalan kehidupan, oleh karena itu seseorang harus mengimbangi dengan spiritualitas.

kedua, tanggung jawab etis. Manusia telah mengalami degradasi moral yang dapat mempengaruhi moralitas dan nilai-nilai. Sehubungan dengan hal ini, M. Amin Syukur menyarankan agar manusia senantiasa menghayati keimanan dan ibadahnya. Hal ini dikenal dalam tasawuf dengan istilah "takhalli" (membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela).

Ketiga, tanggung jawab plurarisme agama. Harus diakui bahwa penduduk saat ini adalah majemuk, yaitu penduduk yang beragam, bahkan dalam hal agama. Oleh Karena itu, Tasawuf dalam hal ini akan mengkaji kapasitas manusia sebagai makhluk tuhan yang bersal dari satu, yakni Adam as.

Empat, tanggung jawab sosial harus di pahami secara proporsional, agar spiritualitas tetap berdampingan dengan intelektualitas tetapi intelektualitas tidak melawan spiritualitas, sehingga pemahaman ini akan mewujudkan sikap yang tidak terpengaruh oleh arus negative modernisme.

M. Amin Syukur menyatakan bahwa problematika modernitas juga perlu disikapi dengan perbaikan diri, yaitu selalu bersikap positif, optimis, dan mengakui setiap saat dan perbuatan baik hanya milik Allah. Perlu adanya saling berbagi (solidaritas) antar sesama ciptaan Allah. Selain itu M. Amin juga mengajak masyarakat untuk selalu mengingat Allah, apapun, kapanpun dan dimanapun.

Maka dapat disimpulkan, tasawuf harus di pahami sebagai ajaran yang mendorong hidup aktif dan terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan. Artinya, kehidupan bukan hanya mementingkan dunia dan melupakan akhirat, sebaliknya mengabaikan akhirat dan mementingkan dunia saja, melainkan harus seimbang di antara keduanya. Karena akhirat tidak dapat tercapai jika tanpa kehidupan, dan kehidupan menjadi tidak penting tanpa ada tujuan yaitu akhirat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun