Mohon tunggu...
Nugraha Entra
Nugraha Entra Mohon Tunggu... -

orang kampung yang ingin bangkit

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Mereka Menolak Syiah?

21 Juni 2013   08:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:40 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konflik Sampang belum berakhir. Setelah beberapa lama mereda, belakangan ini sepertinya bergejolak kembali.

Sebagaimana dikutip Tempo Kamis kemarin, ribuan jemaah umat islam tradisional Madura menggelar istigatsah dilanjutkan pengajian menolak aliran sesat di depan GOR Sampang. Dalam orasi-orasinya, para ulama menyatakan bahwa Syiah sesat dan harus diusir dari Sampang. Menurut Faisol Ramdani, salah satu tokoh pemuda yang ikut berorasi, putusan tiga tingkat pengadilan yang memvonis pemimpin Syiah Sampang, Tajul Muluk, bersalah, cukup menjadi pedoman menolak Syiah di Pulau Madura.

Bukan di Sampang saja. Tahun lalu tepatnya tanggal 30 Mei 2012 di desaPuger Kulon kecamatan Puger Jember, terjadi pula bentrokan antara warga dengan kelompok syiah.  Beberapa oranganggota kelompok syiah meminta agar pengajian akbar olehH Muhdhor al-Hamid Habib tokoh NU digagalkan. Karena panitia menolak maka 2 warga NU dibacok hingga dilarikan ke rumah sakit. Untuk konfirmasi bisa menghubungiKH.KhairuzzadMaddah rais  syuriahPCNU Kencong.

Itu sekilas catatan hitam bentrokan berdarah antara umat islam Indonesia dengan aliran transnasional syiah.

Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa warga sering bentrok dengan syiah? Kenapa mereka menolak syiah?

Tidak bisa dipungkiri, perbedaan mencolok ajaran syiah dengan keyakinan mayoritas umat islam di Indonesia yang berkeyakinan ahlussunnah waljamaah adalah salah satu faktor  penyebab itu.

Dalam ajaran syiah terdapat takfir (pemahaman mengkafirkan muslim) termasuk di dalamnya pengkafiran terhadap istri dan para sahabat Nabi.

Silahkan lihat: http://sejarah.kompasiana.com/2013/06/20/takfir-yang-perlu-kita-ketahui-570491.html

Makanya, tidak pelak lagi ini sangat bertentangan dengan keyakinan mayoritas umat islam yang menghormati dan memuliakan para istri dan sahabat Nabi.

Berikutnya syiah meyakini adanya dua belas imam yang dianggap maksum dan bebas dari dosa, dan mereka menganggap itu termasuk rukun iman.

Seorang ulama Syiah yang masyhur, Muhammad Husein Ali Kasyif Al-Ghita’ berkata:

ولكن الشيعة الإمامية زادوا (ركناً خامساً) وهو : الاعتقاد بالإمامة. يعني أن يعتقد: أن الإمامة منصب إلهي كالنبوة،

“Namun Syiah Imamiyah menambah ‘rukun yang kelima’ yaitu keyakinan tentang Imamah, yaitu meyakini bahwa imamah merupakan penunjukan langsung dari Tuhan sebagaimana halnya dengan kenabian….”

Ia juga berkata:

والإمامة متسلسلة في اثني عشر وكل سابق ينص على اللاحق ويشترطون أن يكون معصوما كالنبي عن الخطأ والخطيئة وإلا لزالت الثقة به

“Dan imamah itu sambung-menyambung pada 12 imam dan setiap yang sudah berlalu menunjuk pada yang berikutnya. Dan mereka (syiah imamiyah) mensyaratkan seorang imam haruslah maksum dari dosa dan kesalahan seperti Nabi. Kalau tidak, hilanglah kepercayaan kepadanya. “

(Lihat hal 134-135http://ia600806.us.archive.org/0/items/948279382/asl-alsheah-w-aswlha.pdf)

Dan itu, sekali lagi, rukun iman. Sementara  rukun iman artinya pokok atau pondasi iman. Kalau rukun iman itu tidak ada berarti iman itu pun runtuh. Makanya siapa yang tidak mengimaninya konsekuensinya tidak dianggap beriman (kafir).

Berkata Asy-Syaikh Al-Mufiid ulama syiah abad ke-4 H:

(اتفقت الإمامية على أن من أنكر إمامة أحد من الأئمة وجحد ما أوجبه الله تعالى له من فروض الطاعة فهو كافر ضال مستحق للخلود في النار

“Syiah imamiyah itsna asyariyyah sepakat bahwa siapa yang mengingkari keimaman salah satu imam dan menentang apa yang Allah wajibkan untuknya yaitu berupa kewajiban taat (kepadanya), maka orang tersebut kafir dan sesat berhak kekal di neraka. ” (Dari Bihar Al-Anwar juz 23 hal 390)

Dan ini tentu berbeda dengan keyakinan mayoritas umat islam di Indonesia yang meyakini bahwa para imam tidak terbatas hanya 12 orang. Akan selalu muncul imam-imam hingga hari kiamat. Mereka (para imam) juga manusia biasa dan tidak maksum. Dan mereka menganggap bahwa keyakinan terhadap itu bukan termasuk rukun iman.

Masih banyak lagi perbedaan mencolok antara syiah dengan keyakinan mayoritas umat islam di negeri kita ini.

Apa sikap MUI menyikapi pemahaman syiah takfiri ini?

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur telah mengeluarkan fatwa MUI bernomor Kep-01/SKF-MUI/JTM/I/2012 tentang kesesatan ajaran Syiah.

Apakah fatwa tersebut muncul dalam waktu singkat?

“Fatwa dikeluarkan melalui beberapa kajian. Bukan dalam waktu singkat. Presiden saja tidak bisa mencabut fatwa itu,” kata Sekretaris MUI Jatim M Yunus kepada Okezone, Kamis (6/9/2012).

Menurut Yunus, untuk mengeluarkan fatwa itu, MUI Jatim melakukan kajian sejak 2004 lalu, sebelum terjadinya konflik di Sampang. Bahkan, MUI Jatim juga melakukan kajian terhadap kitab-kitab yang digunakan rujukkan oleh warga Syiah di antarnya Kitab Bihanul Amar, Furu’ul Kahfi dan sejumlah kitab lainnya. Sekiranya 20 kitab yang menjadi rujukan MUI Jatim.

Bahkan sebelum MUI jatim mengeluarkan fatwa tersebut, MUI pusat di tahun 1984 telah mengingatkan umat islam di Indonesia untuk berhati-hati dengan pemahaman syiah ini.

Dan ormas islam lain pun sudah berbicara tentang ini:

http://sosbud.kompasiana.com/2012/06/25/pandangan-nu-terhadap-syiah-472316.html

http://sosbud.kompasiana.com/2012/06/26/pandangan-muhammadiyyah-terhadap-syiah-472565.html

Namun, perlu ditegaskan di sini, dengan adanya perbedaan yang sangat mencolok seperti ini, bukan berarti umat islam di Indonesia bertindak anarkis, menyerang dan menzalimi kelompok takfiri ini. Cukup serahkan kepada pihak yang berwenang,  dalam hal ini pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara yang elegan.

Sebab, kezaliman itu diharamkan kepada siapapun. Jangankan kepada kelompok syiah takfiri, kepada binatang pun terlarang untuk berbuat zalim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun