Adakah moral dan etika universal? Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang cukup fundamental, karena menyangkut tindakan kedepannya seseorang. Menurut kaum Sophist, tidak ada moral dan etika universal. Moral dan etika adalah produk bentukan masyarakat dan lingkungan. Misal, di zaman dulu, di Amerika berjemur telanjang dada dilarang, namun sekarang sudah menjadi hal yang lumrah. Kemudian, misal lagi di Indonesia dan negara-negara budaya timur, menggunakan pakaian yang menampilkan tubuh adalah dilarang karena dianggap tidak bermoral, sedangkan di negara-negara bebas seperti di Amerika dan Eropa adalah hal yang diperbolehkan. Di negara-negara Muslim, seks bebas, mabuk, judi, dll dilarang secara agama, namun di negara liberal seperti Amerika dan negara-negara Eropa diizinkan. Maka jika kita melihat kasus di atas, moral dan etika terlihat seperti relatif satu sama lain, tergantung waktu, tempat, kultur dan ajaran yang berkembang di masyarakat. Maka untuk menguji apakah ada moral dan etika universal itu ada atau tidak, harus melepas semua baju tersebut, melepas hijab waktu, tempat, kultur, dan ajaran.  Â
Sejatinya, alam semesta beserta isinya hidup sesuai hukum alam, dan inti dari hukum alam tersebut adalah keseimbangan. Bulan mengelilingi Bumi menurut garis edarnya. Planet-planet mengelilingi matahari, matahari dan bintang-bintang mengelilingi pusat galaksi, dan galaksi-galaksi saling bertautan dalam irama yang sangat indah penuh keseimbangan. Benda-benda tersebut saling berputar dengan penuh keteraturan dan keseimbangan, sehingga jika ada gangguan kecil ia akan tetap bisa mempertahakan posisinya. Namun jika gangguannya terlalu besar, benda tersebut dapat lepas dari orbitnya. Prinsip keseimbangan pun juga terjadi di muka bumi, baik pada makhluk hidup maupun benda mati. Siklus air, siang-malam, hidup dan mati, semuanya seimbang. Terdapat rantai makanan dalam ekosistem, makan-dimakan, lahir dan mati. Begitupun dengan manusia. Ia memiliki prinsip keseimbangan tersendiri agar dapat melanjutkan kehidupan, dan pada taraf yang lebih tinggi, dapat membangun peradaban yang lebih maju dan madani.
Dalam melanjutkan kehidupan dan membangun peradaban yang maju dan madani, manusia butuh sebuah prinsip keseimbangan, yang mana jika prinsip tersebut dilanggar akan menyebabkan kekacauan, yang akan merusak tatanan masyarakat, dan merugikan orang lain. Maka lahirlah istilah moral dan etika, suatu aturan dan kesepakatan bersama yang lahir dari pikiran dan alam bawah sadar masing-masing manusia, agar dapat melanjutkan kehidupan dan membangun peradaban tanpa merusak sesama maupun alam. Saya pikir definisi demikian adalah definisi dari moral dan etika universal, yang lahir dari kodrat manusia sebagai makhluk yang memiliki akal, hati, dan nafsu. Etika dan moral universal harus lahir dari kodrat manusia, dan tidak terikat tempat, waktu, kultur, dan ajaran/agama.Â
Maka dari definisi ini segala tindakan diukur. Misal, apakah melacurkan diri menyalahi etika dan moral universal? Melacurkan diri adalah sebuah perilaku menjual harga diri, karena orang yang memakainya melihat si wanita hanya sebuah objek pemuas nafsu, bukan manusia seutuhnya. Bukan melihat sebagai manusia yang memiliki akal, hati, pikiran, martabat, dll, dan menghargainya dengan benda materialistik, dan itu artinya ia menghargai si wanita hanya seperti ia menghargai benda material. Tentu ini melanggar etika dan moral universal. Bayangkan jika setiap wanita menjadi pelacur, dan setiap laki-laki menjadi konsumennya, maka yag ada adalah kekacauan tatanan masyarakat.Â
Manusia hanya dipandang sebagai benda material, dan itu artinya lebih hina dibandingkan hewan. Kemudian mencuri, korupsi, berbohong, dll, dapat ditelusuri dengan logika mirip di atas bahwa tindakan-tindakan tersebut adalah menyalahi etika dan moral universal. Dunia akan kacau jika setiap manusia melakukan mencuri, berbohong, korupsi, dll. Maka dari landasan ini lah lahir aturan masyarakat, yang mana berfungsi sebagai penjaga keseimbangan proses kehidupan. Kemudian lahirlah berbagai "lembaga" yang memberikan dan mempertegas mana yang boleh, mana yang tidak, mana yang baik dan mana yang buruk. Perangkat tersebut disebut agama dan ajaran.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H