Mohon tunggu...
Loner
Loner Mohon Tunggu... -

INFP, saya suka berpikir dan seni

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Susahnya Jadi Presiden Indonesia

2 Agustus 2016   11:55 Diperbarui: 2 Agustus 2016   12:16 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah pernah bercerita pada saya bahwa jadi Presiden Indonesia adalah hal yang paling sulit, lebih sulit daripada jadi presiden Amerika, Singapura, atau Malaysia. Teman Ayah saya berkata, bahwa Indonesia yang carut marut ini seharusnya dipimpin oleh presiden hebat luar negeri seperti Mahathir Muhammad atau Barrack Obama agar segala masalah yang Indonesia dapat terselesaikan. Kemudian Ayah saya membalas, bahwa mungkin malah Mahathir Muhammad dan Barrack Obama kalau memimpin Indonesia malah bisa-bisa stress dan nyerah. Ngurus negara Amerika itu mudah, karena rakyatnya sudah disiplin, jujur, sadar berdemokrasi, akal sehatnya jalan, tingkat ekonominya tinggi, dan sudah sejahtera. Sedangkan mengurus rakyat Indonesia adalah sangat sulit, karena rakyatnya miskin, acuh tak acuh pada pemerintahan, tingkat partisipasi dalam berdemokrasi masih rendah, dan kadang kurang menggunakan akal sehatnya. 

Akibatnya, rakyat dan pemimpin-pemimpin di bawah presiden, seperti DPR, Hakim, gubernur, bupati, camat, dll, susah diajak membangun Indonesia ke arah yang lebih baik. Yang terjadi malah korupsi merajalela, DPR minta ini itu kalau mau meloloskan permohonan, money politik menjelang pemilu, dan rakyat yang acuh tak acuh dengan pemimpin barunya, karena mereka berfikir siapa saja pemimpin barunya tak akan ada efeknya, makanya mereka memilih calon yang ngasih uang paling banyak, dan ini adalah sebuah tindakan ketidak masuk akalan. Namun juga perlu dipahami karena memang tingkat kesejahteraan dan ekonomi rakyat Indonesia masih rendah. Coba saja kalau misal rakyat Indonesai secara ekonomi sejahtera pasti tak akan tergiur dengan uang 50rb, sehingga kebal sogokan, dan akan bisa memilih dengan akal yang jernih siapa pemimpinnya.      

Di Indonesia segala peraturan yang dibuat untuk menertibkan masyarakat juga selalu dicari celahnya dan diakali. Akhirnya kebijakan tersebut tidak berjalan. Kemudian pemerintah mengubah kebijakan lagi, kemudian diakali lagi, dan seterusnya, bagaikan kejar-kejaranya Tom and Jerry. Begitupun dengan para pejabatnya. Banyak yang memanfaatkan celah sistem untuk korupsi dan memperkaya diri. Padahal kebanyakan orang-orang pejabat tersebut waktu mahasiswa adalah mahasiswa yang idealis, selalu koar-koar anti korupsi dan pro rakyat kecil, namun saat ia mendapat jabatan, ia kehilangan idealismenya. 

Maka sungguh sulit memang memimpin rakyat Indonesia. Bukan masalah Presidennya yang tak becus memimpin negara, namun mental yang dipimpin itu yang harus diperbaiki agar dapat diajak untuk berjalan ke arah Indonesia yang lebih baik. Maka Indonesia meamang butuh perbaikan mental, mulai dari pejabat-pejabat tingginya, camat, bupati, hingga rakyat-rakyat kecilnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun