Mohon tunggu...
Nugraha Wasistha
Nugraha Wasistha Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penggemar bacaan dan tontonan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Misteri Hilangnya Agatha Christie dan Upaya Conan Doyle Mengungkapnya

1 Juni 2021   12:11 Diperbarui: 7 Juni 2021   01:00 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dikutip dari Wikimedia Commons 

Ini bukan crossover yang kesekian kali antara legenda dalam dunia fiksi yang belakangan menjamur, seperti King Kong vs Godzilla. Ini benar-benar misteri di dunia nyata yang melibatkan dua penulis kesohor tersebut.

Untuk sekedar mengingatkan, Agatha Christie adalah penulis cerita detektif paling sukses dalam sejarah. Puluhan novelnya selalu laris dan telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Sementara Sir Arthur Conan Doyle sendiri bisa dibilang penemu genre tersebut dan orang di belakang karakter Sherlock Holmes - detektif fiktif paling terkenal di seluruh dunia.

Misteri yang melibatkan mereka terjadi tahun 1926. Saat itu keduanya sedang mengalami titik balik dalam karir. Agatha sedang menanjak dengan novel terbarunya The Murder of Roger Ackroyd. Sementara Conan Doyle malah sudah bosan dengan popularitasnya, dan sibuk menekuni bidang yang mungkin mengagetkan para penggemarnya.

Misteri tersebut, yang membuat bingung polisi maupun penggemar Agatha sampai sekarang, bermula di tempat tinggalnya di Berkshire, Styles. Berbeda dengan karirnya yang menanjak, kehidupan pribadi pengarang tersebut bermasalah. Dia mengetahui suami pertamanya saat itu, mantan pilot tempur bernama Archibald Christie, ada main dengan perempuan bernama Nancy Neele.

Sekitar pukul 21.45 malam, Archibald pamit ke rumah 'seorang teman'. Tapi ke mana dia sebenarnya bisa ditebak. Merasa gusar, setelah pamit pada putri kecilnya Rosalind, Agatha mengendarai mobil Morris Cowley miliknya. Dan menghilang.

Beberapa waktu kemudian, mobilnya ditemukan di Newland Corner, dekat Guildford, dengan lampu masih menyala. SIM dan mantel bulunya tergeletak di dalam. Tak ada jejak dari pengemudinya.

Pencarian berhari-hari gagal mengungkap tabir. Seluruh Inggris pun heboh. Spekulasi berkembang. Ada yang menduga Agatha menenggelamkan diri. Kebetulan ada sebuah mata air dekat lokasi penemuan mobilnya. Tentu saja dugaan pembunuhan juga muncul. Dan sang suami jadi sosok yang paling dicurigai banyak orang.

Sementara itu, menyusul kesuksesannya mengungkap kesalahan penuntutan terhadap pengacara George Edalji dan pemain judi Oscar Slater, Sir Arthur Conan Doyle jadi lebih sibuk dari sebelumnya. Dia sering diminta memecahkan berbagai kasus lain. Rupa-rupanya banyak yang menganggap dia juga ahli deduksi seperti Sherlock Holmes.

Tapi sebenarnya Conan Doyle punya hobi baru yang mungkin membuat tokoh karangannya itu tertawa. Dia tertarik dengan dunia spiritual. Atau lebih tepat, supernatural. Ketertarikannya malah mendekati obsesi. Dia sampai percaya Houdini, sang pesulap legendaris, benar-benar punya kekuatan gaib. Bahkan ketika trik-triknya dijelaskan secara logika, Conan Doyle tetap menolak untuk percaya.

Selama dan sesudah Perang Dunia I, Conan Doyle adalah anggota dari Society for Physical Research dan berkawan dengan orang-orang yang mempunyai ketertarikan sejenis. Salah satu dari mereka adalah Horace Leaf, seorang paranormal kenamaan yang merupakan spesialis psychometri - sebuah kemampuan untuk memperoleh informasi secara mental dari barang pribadi seseorang.

Jadi tidak terlalu mengejutkan ketika Kepala Kepolisian Surrey menemuinya pada bulan Desember 1926 terkait hilangnya Agatha Christie, Conan Doyle cenderung menolak untuk membantu penyelidikan lewat metode yang rasional seperti Sherlock Holmes. Dia memilih untuk melakukannya lewat jalur paranormal.

Conan Doyle membawa salah satu kaus tangan Agatha untuk diperiksa Horace Leaf. Paranormal itu tidak diberi tahu siapa pemiliknya, tapi spontan menyebut 'Agatha'. Tentu saja ini tidak harus berarti apa-apa. Informasi soal hilangnya Agatha Christie sudah tersebar luas. Jadi tidak mustahil yang dilakukan Horace lebih ke seni deduksi sederhana - seperti Sherlock Holmes!

Apapun, dari hasil 'penerawangan' terhadap kaus tangan itu, Horace menyimpulkan, "Pemilik kaus tangan ini dalam keadaan galau tapi sekaligus penuh perhitungan. Dia tidak mati seperti perkiraan banyak orang. Dia masih hidup dan sehat. Kita akan mendengar keberadaannya sekitar hari Rabu pekan depan."

Terlepas apakah itu kebetulan, deduksi yang matang, atau karena kemampuan paranormal, apa yang dia katakan memang tak terlalu meleset. Sepekan kemudian, tepatnya hari Rabu tanggal 15 Desember, Agatha Christie ditemukan di Harrowgate, Yorkshire. Tepatnya di Hotel Hydropathic. Ternyata dia tinggal di sana dengan nama samaran Theresa Neele - perhatikan nama belakangnya yang sama dengan kekasih gelap sang suami.

Selama di sana, rupanya Agatha menggemari band yang bermain di hotel, Happy Hydro Boys. Setiap sore dia selalu jadi penonton setia band tersebut. Dan beruntung, pemain banyo yang bernama Bob Tappin mengenali identitasnya.

Meski tidak menemukannya secara langsung, Conan Doyle tentu saja gembira dengan kabar ini. Di harian Morning Post, dia menulis bahwa kasus Agatha Christie memberikan contoh yang hebat atas pemanfaatan psychometri sebagai sarana bantuan untuk penyelidikan kriminal. Meski demikian, dia juga menambahkan, "jika akhirnya kita manfaatkan, mungkin harus dilakukan di bawah tangan, karena pasti ada kesulitan besar saat memasukkannya dalam proses penuntutan."

Agatha Christie sendiri akhirnya bercerai dan menikah lagi dengan Max Mallowan, seorang arkeolog. Dia tidak pernah menjelaskan secara tuntas apa yang menyebabkan dia menghilang. Ada tiga teori yang paling mengemuka. Pertama, dia kehilangan ingatan setelah kecelakaan. Kedua, dia menderita gangguan kejiwaan tertentu.

Ketiga, bahwa ini adalah semacam 'prank' dari sang pengarang untuk membalas dendam pada suami yang hendak bermalam minggu berdua dengan selingkuhannya.

Tapi jika ada orang yang paling beruntung dengan kejadian ini bukanlah Agatha Christie maupun Conan Doyle, melainkan Gillian Flynn - seorang penulis misteri era milenial ini. Novelnya yang berjudul Gone Girl sukses besar - dan beberapa tahun lalu difilmkan dengan bintang Ben Affleck dan Rosamund Pike. 

Memang tidak ada pernyataan langsung dari Gillian Flynn. Tapi jika kita baca novel itu, atau menonton filmnya, jelas sekali kesamaan dengan peristiwa yang dialami Agatha Christie. Apalagi jika benar bahwa penyebab hilangnya adalah balas dendam. Andai ternyata itu murni karangannya, sungguh itu sebuah kasus synchronicity yang luar-biasa.

Wallahualam.

*Diolah dari Ghost stories, Independent, The Guardian, The Observer dan sumber sumber lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun