Apa yang ada di pikiran kita kalau mengetahui seseorang yang menyukai cerita-cerita fantasi alias khayal? Misalnya tentang ratu penunggang naga? Atau ilmuwan gila yang bisa menghidupkan mayat? Atau tentang petualangan di angkasa luar yang melibatkan makhluk planet lain?
Sepengetahuan saya, anggapannya cenderung negatif. Kalau yang menyukai itu anak-anak, akan dianggap kurang pintar. Kebanyakan berkhayal. Komiknya harus dibakar. Kalau orang dewasa lebih parah. Akan dianggap kekanak-kanakkan. Masa kecil kurang bahagia. Bukan generasi harapan bangsa. Dan sejenisnya.
Tak heran kalau Djokolelono, bapak fiksi ilmiah Indonesia, konon pernah mendapat kritik dari para sastrawan senior yang sepertinya juga beranggapan bahwa cerita petualangan di antariksa itu sampah. Mungkin mereka berpendapat cerita yang mendidik itu harus tentang anak yang berkubang di selokan pabrik, penjual koran yang kakinya kram, atau gadis yang menjual undur-undur buat sekolah.
Mungkin apa yang diperlihatkan tokoh-tokoh berikut bisa membuktikan anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Atau bahkan sepenuhnya salah. Tidak usah jauh-jauh. Ada beberapa tokoh nasional - yang ternyata adalah fans cerita-cerita fantasi semacam itu.
Kang Ridwan Kamil misalnya. Pada tahun 2014 dulu, saat masih menjabat walikota Bandung, beliau membangun Bandung Command Center yang diakui terinspirasi dari serial televisi Star Trek. Demikian juga saat menjadi tamu dalam acara Mata Najwa episode 'Vaksin Siapa Takut', referensi soal Star Trek ini juga beliau sebutkan lagi.
Star Trek sendiri adalah salah satu serial televisi (dan juga film) bergenre fiksi ilmiah paling terkenal dalam sejarah, dan sudah memiliki setengah lusin spin-off. Tema besarnya adalah eksplorasi dan interaksi antara bangsa-bangsa yang hidup di galaksi yang berbeda. Isu-isu berbau sosial-budaya dan benturan peradaban sering muncul di tiap episodenya.
Pak Jokowi juga mungkin bisa disebutkan sebagai contoh. Pada saat berpidato di pertemuan IMF-World Bank di Bali tanggal 12 Oktober 2018, presiden kita ini mengejutkan para hadirin dengan memasukkan referensi tentang serial Game of Throne. Dengam cukup fasih beliau menguraikan plot serial ini sekaligus menjelaskan relevansinya dengan situasi ekonomi saat itu.
Game of Throne tentunya sudah diketahui sebagai serial televisi terpopuler dalam satu dekade kemarin. Diangkat dari enam jilid novel (yang terakhir belum selesai ditulis), serial ini bercerita tentang perebutan tahta kerajaan di tengah lanskap yang dihuni raksasa, penyihir, dan juga naga-naga terbang.
Mantan pesaing Pak Jokowi, yaitu Pak Prabowo ternyata juga seorang fanboy. Menurut artikel di majalah Tempo edisi 28 Oktober 2013, beliau adalah penggemar film Star Wars dan mengagumi karakter Luke Skywalker. Beliau bahkan menyebut para anggota tim internalnya sebagai Jedi Knight - golongan pembela kebenaran dalam film yang sudah memiliki lima sekuel dan tiga prekuel itu.
Star Wars bisa dibilang adalah saingan Star Trek dari segi popularitas. Meski sama-sama menampilkan adegan di antariksa, temanya mungkin lebih mendekati Game of Throne daripada Star Trek. Lebih ke fantasi - ada yang menyebutnya space opera - daripada fiksi ilmiah.
Yah, mungkin saja ada yang sinis dan mengatakan bahwa itu cuma semua pencitraan. Biar nge-hype untuk menambah elektabilitas. Dan sebagainya. Dan seterusnya. Oke. Baiklah. Tapi bagaimana dengan tokoh di bawah ini.
Bung Karno. Bapak bangsa kita ini barangkali bisa juga disebut sebagai bapak fiksi fantasi Indonesia. Soalnya beliau pernah mengarang beberapa naskah drama tonil bertema demikian pada masa pembuangan di Ende, Maluku. Setidaknya ada empat dramanya yang saya ketahui memiliki tema seperti ini.
Tiga di antaranya berjudul Dokter Syaitan, Koetkoetbi, dan Aerodynamite. Bagi kita yang pernah membaca cerita horor, fiksi ilmiah, dan fantasi klasik akan tak akan asing dengan plot cerita-cerita yang dibuat Bung Karno tersebut. Cerita yang melibatkan mad scientist alias ilmuwan gila, monster, 'bangke hidoep', bom maha dahsyat, sihir dan berbagai keajaiban lainnya.
Dokter Syaitan, misalnya. Kisahnya jelas terinspirasi dari Frankenstein karya Marie Shelley. Tentang dokter bernama Marzuki yang menghidupkan orang mati dengan melakukan semacam transplantasi organ. Konon lewat cerita ini, Bung Karno mengemas kisah ini sebagai parable terhadap kebangkitan kembali bangsa Indonesia dari 'kematian'.
Ada satu lagi naskah beliau berjudul Misteri Kelimutu. Kisah yang mirip The God Bug karya Edgar Allan Poe ini pasti menggelitik kita yang menyukai kisah misteri ala Hardy Boys, Trio Detektif, atau bahkan mungkin Scooby Doo. Ceritanya tentang tiga sahabat yang berniat memecahkan misteri yang melingkupi tiga danau di Kelimutu, dan harus berurusan dengan hantu yang menghalangi mereka. Spoilernya.....ternyata ada harta di sana, dan hantu itu ternyata orang yang mereka kenal baik.
Jadi jangan marahi putra-putri pembaca kalau mereka hobi membaca Attack on Titan atau menonton Wanda Vision. Siapa tahu mereka nanti akan menjadi penerus tokoh-tokoh kita di atas. Amiiin......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H