Membuka kembali sejarah ibu kartini dengan segala kisah apiknya dalam dunia Jawa dan agama, tradisi keagamaan di kalangan santri sendiri memeluk erat kekeluargaan seluruh umat Islam di seluruh dunia. Tidak terbatas pada pelaksanaan manajemen pendidikan dan kehidupan yang cermat dan teratur, dan taat ditata dan yang menjadi perhatian kalangan santri adalah doktrin Islam, terutama sekali penafsiran moral dan sosialnya.
Makanya, jadi santri harus siap dipandang detail oleh masyarakat. Sehingga hemat penulis, Â usahakan moral terpelihara, perkembangan zaman terjaga. Kiblatkan keilmuan timur tengah tanpa memunggungi dogmatisme Jawa hingga serta tanpa menafikan kemajuan teknologi barat.
Senantiasakan genggam erat kitab kuning tanpa menghilangkan jiwa muda yang berambisi dakwah literasi hingga digital.
Santri punya adab bicara sehingga jangan takut untuk bicara. Santri punya spiritualitas tinggi sehingga jangan takut untuk mendinamiskan intelektualitas yang lebih tinggi. Santri selamanya akan merdeka. Santri harus selalu siap membuktikan kekhas-an gaya hidupnya dari stigma postmodernisme. Santri adalah kaum dengan strata darah Islam dan  Jawa tertinggi daripada golongan manapun. Dan santri harus bangga dengan hal itu.
Reference:
Geertz, Clifford. 1969. Agama Jawa. New York: Pers Bebas.
1989. Abangan, Santri, Privayi dalam Masyarakat Jawa, Jakarta: Pustaka Jaya.
1994.Politik Kebudayaan, Yogyakarta: Kanisius
Hall, Stuart. 1996. "Pendahuluan: Siapa yang Membutuhkan
'Identity"?", dalam Stuart Hall dan Paul Du Gay. (ed). 1996. Soal Kebudayaan Identitas, London: Publikasi Sage
Kartodirdjo, Sartono dan A. Sudewo Suhardjo Hatmosuprobo. 1987. Perkembangan Peradaban Priyayi. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.
Kleden, Ignaz. 1998. "Dari Etnografi ke Etnografi tentang Etnografi: Antropologi Clifford Geertz dalam Tiga Tahap" dalam Clifford Geertz, 1998. After the Fact. Yogyakarta: LKIS.
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
