Mohon tunggu...
Nufi Asii Fairuziyyah
Nufi Asii Fairuziyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

Tiada lagi duniawi selain dunia sastra || https://fayruzeenufi.blogspot.com/?m=1

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Emosi Pendidik Pada Afeksi Murid

18 Juni 2022   15:12 Diperbarui: 3 Februari 2023   00:30 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi apa sih yang dimaksud dengan ilmu khusus disini? Tidak lain adalah ilmu yang tidak semua tahu rahasianya. Bahkan guru besar dengan sederet gelar yang tidak memperhatikan muridnya saja akan ikut bodoh dalam menyikapinya.

Karena tidak dapat dipungkiri jika Widiyanto (2001) sendiri, menemukan bahwa tindakan guru juga dilatarbelakangi oleh factor wawasan kependidikan, religiositas, kemapanan status sosial-ekonomi, keharmonisan dalam kehidupan keluarga dan tentunya kesehatan fisik. Sehingga bisa disimpulkan bahwa pentingnya bagi kita kelak (sebagai pendidik atau guru) untuk lebih meningkatkan kemampuan logic dan kesadaran diri akan pentingnya jiwa dan batin seorang murid (berdasarkan usia, emosi dan wawasan pendidikan serta kognitif) dan mengurangi sikap individualistic sebagai afeksi negatif dalam urusan pribadi khususnya dalam penerapan ilmu psikologis ini.

Psikologi menyebutnya dengan istilah teori belajar Humanistik. Dimana seperti yang bisa saya contohkan adalah ketika seorang guru/pembaca ini_ternyata yang istilah sekarang_ mempunyai label keistimewaan: positive vibes alias memiliki pesangon positif untuk atmosfer suasana kelasnya serta para muridnya dan sekitarnya. Dan tentu ketika dari Anda atau seorang guru tersebut sudah merasa "cukup baik" menjadi seorang guru bagi murid-murid/lingkungan kita. 

Maka walau begitu, apa kabarnya jika manusia sewaktu-waktu tidak bisa memberhentikan keegoisan emosi yang bisa jatuh kapan saja? Bagaimana kita bisa sekaligus menstabilkan emosi yang dikhawatirkan akan meledak disaat peran yang sudah kita rasa sudah berjalan dengan baik itu sedang berlangsung? 

Maka salah satu jawaban yang bisa penulis sajikan adalah bagaimana cara seorang guru mengganti mood buruk dengan mood yang sejuk didalam pembelajaran. Ialah dengan menjadikan kesulitan itu menjadi sebuah motivasi tersendiri.

Jadi disinilah pentingnya ilmu motivasi sebagai cabang dari ilmu psikologi. 

Ya, motivasi adalah dorongan. Dimana tulisan ini tidak mengharuskan para guru untuk terus membaca teori tebal soal motivasi. Sebab jika kita mempunyai kemauan, niat dan semangat yang besar untuk bergerak, berbuah dan berubah, maka hasil dari motivasi akan kita rasakan sendiri setelah apa yang kita perbuat menghasilkan buah yang indah serta matang.

Dan disinilah kuncinya.

.. Jangan hanya mengharapkan kematangan pada murid-muridmu. Sebab sekalipun seorang murid  baru menghasilkan keindahan yang berbentuk, disitulah seharusnya seorang guru harus tersenyum sebagai buah__untuk dirinya sendiri__ dari kerjakeras akan sabar dan tulusnya dalam membimbing. Karena dengan begitu, seorang anak/murid tentu akan jauh lebih merasa dihargai. Dan motivasi yang tumbuh akan terus mengalir dari apa yang kalian bangun untuk mereka.

Dan dengan semua itu, emosi yang diberikan seorang guru akan meluaskan aspek afeksi pada seorang siswa yang akan dengan sendirinya terbentuk. 

Semua ini tentu sejalan dengan Bloom, Denton dan Mc Kinney (2004) yang penemuannya menunjukan 8 aspek afektif ang berkorelasi positif dengan prestasi, yaitu ketika murid (1) merasa mampu, (2) menganggap penting apapun yang ada didepannya (3) komitmen melakukan tugas, (4) merasa rileks selama mengikuti pelajaran, (5) merasa sebagai anggota kelas, (6) merasa diterima dan dihargai oleh guru, (7) merasa tertarik dengan mata pelajaran, dan (8) merasa diterima dan dihargai oleh teman-teman sekelas.. Semua akan menjadi imbalan bantuan psikologis yang berharga bagi seorang guru yang berusaha memaksimalkan segala pemberiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun