Mereka yang rakus ilmu, bersatu. Bersatu pada satu tempat. Tempat suci dimana orang-orang damai jikalau menginjaknya.Tempat singgah mereka adalah helaian sayap para malaikat. Disitulah orang-orang menyebutnya "Santri "
Para santri yang memilih jalan hidupnya berada di pesantren adalah orang-orang yang terpilih akan keberkahan Nya.
Mereka adalah orang-orang yang kenyang akan kepahitan.
Mereka berproses. Rela mendapatkan pengetahuan walau tanpa hiburan. Mereka tidak hanya berjuang akan ilmu. Namun mereka pula tetap mati-matian bertahan pahitnya hidup.
Mereka menganggap langit adalah sebuah tulisan.
Mereka menganggap bebatuan adalah sebuah pena. Mereka menganggap rerumputan adalah sebuah santapan. Menganggap domba sebagai tumpangan. Menganggap sajadah sebagai pakaian. Menganggap kawan sebagai kekerabatan. Mengutamakan niat sebagai permulaan dan mengedepankan ilmu sebagai tujuan.
Sebagai salah satu contoh. Yakni pada pesantren Andalusia, Banyumas yang saya agungkan identitas nya. Disanalah sebagai cak rantau, saya menjalankan jalan yang relevan. Saya bertemu berjuta alam, orang-orang istimewa dan bersua dengan langit sebagai mesin antar hablum minAllah.
Berdirinya tonggak suatu pesantren pun tidak kalah oleh para pejuang relevan yang bersemayam didalam naungan kyai nya.
Para syaikh syaikh telah berhasil mendirikan suatu pesantren yang amat agung. Mereka berhasil mengembangkan keilmuan yang ada, kemudian mengundang para penduduk bangsa untuk gigih mencari ilmu.
Kegigihan santri selama ia menempuh kerakusan dalam belajar adalah dengan cara melakukan pengembangan diri. Melakukan inovatif kehidupan sendirinya. Melakukan mindset besar terkait bagaimana mereka bisa hidup mandiri, bisa hidup bahagia walaupun bersusah payah.
Rasa lapar mereka isi dengan nasi campur minyak dan garam. Kejaran aktivitas mereka isi dengan berbagi bersama dengan orang-orang  satu tujuan.