Mohon tunggu...
Nufaila Priza Salsabila
Nufaila Priza Salsabila Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Haiii

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada Hewan Sapi dan Kerbau

8 Juni 2024   19:45 Diperbarui: 8 Juni 2024   19:47 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lumpy Skin Disease (LSD) atau  disebut juga cacar sapi merupakam peenyakit menular yang disebabkan oleh virus dari keluarga Poxviridae. Penyakit ini ditandai dengan munculnya benjolan pada kulit sapi, terutama pada bagian leher, punggung, dan perut. Selain mengalami benjolan yang terdapat pada kulit, sapi yang terinfeksi LSD dapat mengalami demam, kehilangan nafsu makan, lesu, dan mengalami penurunan pada produksi susu. Virus penyebab LSD termasuk dalam genus Capripoxvirus yang ditularkan melalui antropoda, terutama serangga penghisap darah (lalat, nyamuk, caplak), pakan, dan air yang terkontaminasi, serta penularan melalui saliva , sekresi hidung, dan air mani. Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) hanya menyerang sapi dan kerbau karena hewan tersebut merupakan spesies yang paling rentan tertular LSD virus (LSDV). Virus tersebut memiliki reseptor spesifik pada sel dalam tubuh sapi yang menyebabkan virus dapat masuk dan bereplikasi di dalam tubuh. Penyakit LSD menyebabkan timbulnya benjolan atau bitnik-bintik pada kulit hewan yang tertular. Diawali dengan adanya bintik-bintik kecil dan keras, tetapi secara bertahap akan tumbuh ukurannya dan menjadi lembut serta berisi cairan.

Pencegahan penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) dapat dilakukan dengan memberikan vaksinasi dan pengendalian vector artropoda. Sedangkan perawatan terhadap hewan ternak yang tertular penyakit LSD dengan memeberikan obat antiinflamasi nonsteroid, antihistamin, dan antibiotic untuk infeksi sekunder. Adapun cara penanggulangan terhadap penyakit LSD yang menyerang sapi dan kerbau sebagai berikut :

  • Vaksinasi 
  • Vaksinasi adalah salah satu cara yang efektif untuk mencegah penyebaran penyakit LSD pada sapi. Vaksinasi dapat dilakukan pada sapi yang belum terinfeksi dan pada sapi yang sudah terinfeksi namun masih dalam periode inkubasi.
  • Karantina 
  • Sapi yang terinfeksi LSD harus segera dipisahkan dari sapi lain dan ditempatkan dalam karantina. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit ke sapi lain yang masih sehat.
  • Pengobatan 
  • Sapi yang terinfeksi LSD dapat diberikan obat untuk mengurangi gejala penyakit seperti demam dan nyeri pada kulit. Pengobatan ini dapat membantu sapi untuk mempercepat pemulihan dan meningkatkan daya tahan tubuhnya.
  • Pengendalian serangga 
  • Serangga seperti lalat dan nyamuk dapat menjadi vektor penyebaran virus penyebab LSD pada sapi. Oleh karena itu, pengendalian serangga harus dilakukan secara intensif dengan menggunakan insektisida dan menjaga kebersihan kendang.

Masa inkubasi penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) berdasarkan infeksi eksperimental adalah 4-14 hari dan pada kondisi lapangan bisa mencapai lima pekan. Demam muncul pada hari 6-9 hari setelah inokulasi virus, sedangkan lesi kulit muncul pertama kali setelah 4-20 hari. Tanda klinis pertama yang dapat diamati adalah pembengkakan kelenjar limfa, demam tinggi selama seminggu, terkadang muncul leleran dari mata dan hidung, serta penurunan produksi susu yang drastis. Lesi pada kulit berupa nodul dan papula muncul dalam jumlah banyak, dengan benjolan keras, datar, dan berbatas jelas, berdiameter 0,5-5 cm. Nodul dapat  juga mumcul di membran mukosa disaluran pernafasan hingga mengakibatkan  pneumonia, sementara nodul-nodul di membrane mukosa mata, hidung, mulut, rektum, hingga alat kelamin dapat mengalami ulser dan menghasilkan sekresi. Akibatnya, leleran mata hidung dan air liur dapat mengandung virus LSD. Pada fase kronis, lesi ditandai dengan jaringan infark dengan bagian tengah yang nekrosis dan dikelilingi jaringan granulasi yang berangsur-angsur mengalami fibrosis. Sapi betina dapat mengalami mastitis dan keguguran. Sedangkan sapi Jantan dapat mengalami orkitis (peradangan pada salah satu atau kedua testis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun