Mohon tunggu...
Nurul Fajri
Nurul Fajri Mohon Tunggu... -

Tukang Ketik Naskah. Temui di www.eksistensiperempuan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pahlawan Pangan

9 November 2010   12:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:44 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ayah ku bukan petani seperti ayah-ayah yang lain yang turun ke sawah
Ibu ku juga bukan ibu tani seperti perempuan-perempuan perkasa yang ikut menanam padi
adik ku juga bukan anak yang tiap hari bisa riang gembira bermain di hamparan hijaunya ladang

tapi...
kami tahu susahnya jadi petani
tapi kami mengerti mereka harus banting tulang turun ke sawah
tapi kami tahu betapa mahalnya harga pupuk
tapi kami tahu lamanya menunggu masa menanam
tapi kami tahu susahnya membajak sawah
tapi kami tahu lelahnya gagalnya panen
tapi kami tahu harga beras mereka yg dibeli murah
tapi kami tahu terkadang mereka tak hidup berkecukupan
dan kami mengerti petani tertindas di negerinya sendiri

di mana kalian wahai pemerintah ketika petani hari ini di rampas tanahnya
petani hari ini, di ambil lahannya...
di renggut kebahagiaan hidup istri-istrinya
di enyahkan hak sekolah anak-anaknya

heiii...
di mana kau kini bapak-bapak pejabat yang berjanji memberi kehidupan layak???
di mana kau??

hei tahu kah kau pejabat-pejabat koruptor yg ada di gedung-gedung tinggi sana,
para kapitalis sekarang mengincar kami.
lihat saja lahan-lahan kami yang di ambil paksa untuk proyek-proyek industri besar mereka.

ohh, ataukah saya salah mengadu?
harus ku adukan pada siapa nasib petani miskin negeri ku yang katanya negeri kaya tapi petaninya malah terjajah, tertindas, tak diperhatikan dan hanya dimanfaatkan ketika musim-musim pemilu tiba?

terimakasih untuk mu wahai sang politikus penabur janji
kami memilihmu karena mengira ada perubahan
tapi kami telah tertipu

pemerintah yang katanya mengayomi rakyatnya, apakah kalian hanya sibuk rapat di gedung tinggi sana yang katanya akan mengeluarkan peraturan untuk kami tapi malah menyengsarakan kami?

jadi...
salahkah aksi kami kalau menuntut keadilan di negeri yang carut marut ini?
para petani menjerit dalam hati
para petani berteriak meminta sesuap keadilan tak digubris
jadi...
apa tangisan ibu pertiwi belum cukup menyadarkan melalui bencana-bencana maha dahsyat...

malam ini...
di suatu tempat yang jauh di pelosok sulawesi
para petani terampas haknya,,,
padahal mereka anan bangsa yang punya hak sama
mereka pahlawan pangan yang tak pernah kita sentuh

teman-teman ku yang mengaku para mahasiswa...
tunjukkan dirimu, melangkah ke depan, lakukan aksimu,
dan lawan semua penindasan negeri mu
karena dalam diam
kami petani, tertindas (nuf)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun