Ibu-ibu suka sibuk bicarain anak orang, giliran anaknya sendiri yang dibicarin, pada NGAMOK.
Jangan cuek bebek gitu, susah dapet cowok loh.
Yang peka dong, kan kamu perempuan.
Bajunya ketat amat, pasti bukan anak pesantren.
Anak pesantren kok keluyuran? Cewek lagi. Â Â Â Â Â
Kapan nikah? Jangan tua-tua loh, ngga bagus kalo cewek nikahnya tua.
Ngapain kuliah tinggi-tinggi? Nanti laki-laki pada takut ngedeketin loh.
Ngapain kuliah jauh-jauh? Takut ngga bisa jalan-jalan bebas?
Kenapa ngga ambil jurusan yang sama kayak orangtuanya?
Well, ngga tau kenapa kata-kata kayak gitu udah jadi "custom" di kehidupan sosial dan lingkunganku.Â
Dorr.. kalimat yang seringkali kita dengerin, kluar masuk kuping, dan tanpa izin pula.. kenapa aku hidup di society yang kayak gitu? Secara ngga langsung, aku sudah di banned buat ngga boleh melakukan what I like (apa yang aku suka), what I love (apa yang aku cintai), dan tentunya what I want to be (aku ingin jadi apa) and to do (apa yang ingin ku lakukan).
Ngerasa terkekang? Sudah pasti.
Kadang suka mikir, Kenapa Cuma aku yang diurus? Apa karena aku PEREMPUAN?
Perempuan dengan justifikasi ngga bisa apa-apa, ngga bisa sesukses laki-laki, dan ngga bisa cari uang, dan parahnya stereotip yang sangat booming, PEREMPUAN SELALU SATU LANGKAH DI BELAKANG LAKI-LAKI.
Laki-laki kalau belajarnya sampek S3, disanjung banget.
Laki-laki kalau punya banyak uang, dibilang husband goals.
Giliran perempuan, belajarnya sampek S3, dibilang kapan nikah? Keburu tua nanti loh.
Giliran kuliah di luar negeri, dibilang pengen bebas.
Giliran kuliah jauh dari rumah, dibilang alergi sama tanah kelahiran sendiri.
Duh.... Stop deh. Ini tuh kehidupan, bukan ujian tulis dimana kita harus milih A, B, C ataupun D.
Ingat, PEREMPUAN SUDAH SETARA.
Kita, utamanya perempuan, kita punya hak untuk terus berkembang. Dunia ini statis, dunia itu ngga stuck di 2020. Dunia itu selalu progresif dan produktif. Kalau fikiran kita hanya berkutat di tahun ini dengan persiapan nol untuk tahun mendatang, percayalah we will be a looser dan kita akan tertinggal jauh.
Dan untuk kalian yang sering ngadepin gini, stop,, let them say whatever., kalian berhak mengeskpresikan diri kalian seperti apa, kalian punya freedom yang ngga boleh diganggu oleh siapapun.
Kenapa harus punya pendidikan tinggi? Karena semuanya itu bakal useless, kecuali satu, yaitu pendidikan. Jadi, untuk apa melarang seseorang yang ingin terus berkembang karena masih ingin menyelam lebih dalam hingga mendapat mutiara? Rasanya tidak salah, tentu hal itu benar.
So, kalian yang punya mimpi, kejarlah mimpi itu.
Stop caring what other's mind.
Hargai ibu Kartini lur, memperjuangkan emansipasi wanita itu ngga segampang bilang "Terserah, Y, G, Oh, oghey, impressive dan lain sebagainya" kaya di chat gitu.
The last...
Kalau kalian belum pernah menjadi bagian dari sekelompok orang yang berjuang untuk suatu hal, setidaknya kalian pernah menjadi bagian dari orang yang mempertahankan buah dari perjuangan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H