Aku tak ingin terluka seperti lilin
Memanaskan dirinya, rela terbakar,
yang kemudian memberi cahaya
Aku tak ingin terpapar seperti genteng
Menampung panas, meminimalisir dentuman hujan dan petir,
yang kemudian memberi naungan
Aku tak ingin terluka seperti bayangan
dia hidup, memanipulasi diri
yang kemudian tak dianggap
Aku tak ingin terluka seperti kayu bakar
Menyalakan perapian, menghangatkan suhu badan saat dingin
Yang kemudian nyaman dibuatnya
Yang aku ingin
Menjadi seperti pelangi
Indah, sebentar, namun berkesan
Akupun ingin menjadi matahari
Panas, lama, namun dinanti-nanti
Dan lagi, menjadi bintang
Sediri tetap bersinar, bersamapun tetap bersinar
Namun, bulan berkata lain
Ia yang hanya hidup menumpang pada matahari
Tak henti-hetinya ia membantu bintang
Tuk mengindahkan langit
Menjamu malam yang tanpa cahaya
Menyapa insan yang buta arah
Kini, aku memutuskan menjadi aku
Aku dengan ketikan kata-kata sedih
Aku dengan selimut harapan
Aku dengan lambaian tangan sebatas mimpi
Aku dengan sapaan bahagia di pagi hari
Rasanya sudah mati rasa ini
Tak sakit saat ku cubit
Tak memar saat ku pukul
Tak berdarah saat ku lukai
Ah.. rupanya mimpi
Ya, memang harapanku tak lain hanya ingin sebatas mimpi.