Pusaka pemandu arah kehidupan
Menaungi kota yang aman begitu nyaman
Kala itu, Â muda menjunjung tetua
Pun tetua menyayangi penggantinya
Damai negeri menggeliat di tangan sanubari
Menebar pula jala cinta menganak damai
Bibit-bibit bunga cinta bersemai
Di sekujur jantung kota kami
Memendarkan lampion-lampion Tuhan
Menyejukkan dedaunan bathin
Lalu ruang bertarung waktu berlari
Merubah segalanya menjadi mati
Kemanakah pusaka gaib ajaib tak berupa
Apakah terdampar nun jauh di sana
Pusaka itu telah raib bersisa kenangan
Mengiris sukma insan meredup cahaya batin
Ya, pusaka itu bernama toleransi, menghargai dan pengertian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H