Apalagi jamak diketahui bahwa pemanfaatan jejaring sosial sebagai sarana politik, sangatlah massif. Penggunaan media sebagaimana Tjumano dalam sebuah artikel (Konglomerasi Media Massa) dapat mewujud dalam berbagai varian ; pencitraan publik, meruntuhkan popularitas lawan politik hingga sebagai alat untuk menyerang balik serangan-serangan politik. Pendek kata, media dapat menjadi kekuatan baru dalam menggiring opini publik. Â
Maka tak heran dalam jagat medsos kita, dijumpai berbagai rupa coretan di dinding medsos dari yang berkelas hingga ocehan ala emak -- emak, pun turut membumbui urusan politik daerah meski dengan kadar sekedar dan sekenanya. Semuanya, menjadikan media sebagai wahana menjaring simpatisan untuk kemenangan paslon masing-masing. Fesbuk terutama ---- paling cetar nan laris manis.
Pandangan Obyektif
Bagaimana seharusnya menyikapi perbedaan pilihan di tengah masyarakat, hemat saya telah banyak dikupas tuntas baik dalam ruang diskusi maupun dalam tulisan.
Namun yang perlu dibudayakan adalah menjaga segala sesuatu pilihan itu agar tetap berdiri di atas obyektivitas. Lalu apa yang perlu direduksi seminal mungkin ? Â 'fanatisme buta alias cinta berlebihan'. Â
Bukan hanya kurang baik namun dapat mengarahkan kepada tidak berfungsinya akal sehat. Lihat saja, bagaimana begitu ringannya para simpatisan politik melemparkan perkataan-perkataan yang kurang berkenan secara etika bermedia sosial. Kenapa ? sebab cinta dan 'pemujaan' berlebihan pada pilihannya. Â
Seolah konsep yang diusung "menolak kebenaran apapun dari pihak lawan" Â sehingga klaim-klaim kebenaran pun mencuat menjelma pedang yang siap melukai pihak lain.Â
Jika demikian adanya, maka penyelenggaraan pilkada yang fair di atas kebenaran dan obyektivitas enggan mendekat, untuk kemudian mengarah kepada saling menjatuhkan.
Sepertinya pepatah yang sudah kita hapal saat SD dahulu berlaku " kuman di seberang lautan tampak tapi gajah di pelupuk mata tak nampak. Kondisi demikian digambarkan pula oleh Imamuna as Syafi'I dalam diwan (sya'ir) nya :
Wa 'ainur ridhaa 'an kulli 'aibin kaliilahÂ
kamaa anna 'ainas sukhti tubdii al masaawiyaa